Rabu, 29 Februari 2012

Gairah Yanti 14

Sebelumnya saya memperkenalkan diri saya seorang executive muda berumur tigapuluhan tahun. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1985 yang lalu dikala saya masih berpacaran. Pada saat itu saya mulai melakukan wakuncar setiap berakhir minggu dan akhirnya saya mengetahui bahwa saya memiliki calon kakak ipar yang bahkan lebih menarik ketimbang calon isteri saya. Saya mulai berpikir untuk mengalihkan perhatian saya kepada calon kakak ipar dan ia pun mulai bereaksi. Dari sorot matanya ia memang juga tertarik kepada saya, bahkan selalu mau untuk diajak jalan-jalan bersama sekeluarga. Saya terus mengadakan pendekatan dengan dia kemana pun dia pergi, namun dengan tetap menjaga perasaan calon isteri saya. Sampai akhirnya sebelum

Rabu, 22 Februari 2012

" Kopi ginseng nak?

Bila ingatkan balik pengalamanku bersetubuh dengan pompuan ni.. aku teringat balik... saat-saat dimana kesucian terunaku telah tercemar. Korang mesti tak caya punya kalau aku bagi tau yang kali pertama aku main pantat pompuan masa umur aku dah 21 tahun..masa tu aku baru abis ITM.
Nak kata aku ni baik tak jugakle..tapi jahat aku camtu jela...setakat hisap ganja...sesekali togok air setan...tapi pompuan aku tak main.Bohongla kalau aku tak minat atau tak stim kat pompuan... tapi aku ni kira penyegan sikitle dengan pompuan...sikit je. Bukan tak pernah tackle awek...adala dua
kali dapat tangkap awek.....tapi dua-dua cabut...aku ingat pasal aku tak projek ngan dia orang kot?
Takpela...yang aku nak crita ni pasal janda abang aku atau pun bekas akak ipar aku... yang telah berjaya menodai aku dan mencemarkan kesucian teruna aku. Kalau ikutkan aku, berzina dengan akak ipar tu kira lebih jugale...tapi ...bila pikir balik...tak ape kot...dia pun dah jadi bekas bini abang aku...abang aku pun dah ceraikan dia dekat lapan tahun ...pasal dia tak nak dimadu bila abang aku kahwin lain dengan anak

Gairah Yanti 15

Aku memang ketagihan bermain cinta dengan wanita setengah baya alias STW. Ada lagi pengalaman nyata yang kualami. Pengalamanku menaklukkan kakak iparku yang pendiam dan agak religius. Entah setan mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan orang baik-baik kedalam neraka nafsu.
Kejadiannya begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Padang. Uni yanti kakak tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala cabang di Padang, Uni menginap dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati

Gairah Yanti 13

Saya seorang pria berumur 35 tahun. Istri saya satu tahun lebih muda dari saya. Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD. Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi. Kini dia menjabat sebagai Distric Manager. Kami saling mencintai. Dia merupakan seorang istri yang setia. Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula. Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya. Tapi tidak untuk soal seks. Saya seorang peselingkuh. Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks. Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu. Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan.
Dia pernah bilang kepada saya, “Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan.”

Gairah Yanti 12

Kisah ini saya susun berdasarkan fakta yang saya dapat dari cerita pribadi salah seorang bekas teman karib semasa kuliah dulu. Ia baru saja menikah sekitar satu setengah tahun lamanya. Yanti nama temanku itu. Sementara suaminya bernama Prastyo. Kejadiannya bermula ketika Pras mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pras memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari. Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi. Sebagai seorang isteri, Yanti tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Pras menjadi Area Sales Manager dalam waktu dekat. Yanti tentu saja merasa ikut senang

Gairah Yanti 11

Aku sekap roknya, dan aku tarik celana dalam dibalik roknya. Yanti berusaha menahannya, tapi usahanya sia-sia, karena dia menahannya dengan setengah hati alias tidak dengan sekuat tenaga. Kelakuan Yanti ini seperti lampu hijau untukku. Seakan-akan pasrah saja mau diapain olehku.
Setelah berhasil melepas celana dalamnya, aku tarik roknya ke atas perutnya, agar supaya aku bisa melihat jelas memeknya. Secara reflek Yanti menutup memeknya dengan tangannya.
"Wes mas Antonnn ... isin tenan aku ... (Udahan mas Antonnn ... malu banget aku ...)" kata Yanti.
"Durung Yanti ... ojok mbok ditutupi tok tempik'e ... ora ketokan ... (Belon Yanti ... jangan ditutup terus dong memeknya ... ngga keliatan)" kataku protes.

Gairah Yanti 10

Bila ingatkan balik pengalamanku bersetubuh dengan pompuan ni.. aku teringat balik... saat-saat dimana kesucian terunaku telah tercemar. Korang mesti tak caya punya kalau aku bagi tau yang kali pertama aku main pantat pompuan masa umur aku dah 21 tahun..masa tu aku baru abis ITM.
Nak kata aku ni baik tak jugakle..tapi jahat aku camtu jela...setakat hisap ganja...sesekali togok air setan...tapi pompuan aku tak main.Bohongla kalau aku tak minat atau tak stim kat pompuan... tapi aku ni kira penyegan sikitle dengan pompuan...sikit je. Bukan tak pernah tackle awek...adala dua
kali dapat tangkap awek.....tapi dua-dua cabut...aku ingat pasal aku tak projek ngan dia orang kot?

Gairah Yanti 9

Bila ingatkan balik pengalamanku bersetubuh dengan pompuan ni.. aku teringat balik... saat-saat dimana kesucian terunaku telah tercemar. Korang mesti tak caya punya kalau aku bagi tau yang kali pertama aku main pantat pompuan masa umur aku dah 21 tahun..masa tu aku baru abis ITM.
Nak kata aku ni baik tak jugakle..tapi jahat aku camtu jela...setakat hisap ganja...sesekali togok air setan...tapi pompuan aku tak main.Bohongla kalau aku tak minat atau tak stim kat pompuan... tapi aku ni kira penyegan sikitle dengan pompuan...sikit je. Bukan tak pernah tackle awek...adala dua
kali dapat tangkap awek.....tapi dua-dua cabut...aku ingat pasal aku tak projek ngan dia orang kot?
Takpela...yang aku nak crita ni pasal janda abang aku atau pun bekas akak ipar aku... yang telah berjaya

Gairah Yanti 8

Ini adalah pengalamanku waktu dulu masih serumah dengan kakak iparku. Deni nama kakakku dan istrinya yanti.Semula ak berencana ngekost, tapi karena rumah mereka deket kampus, jadi mereka menawarkan ak tinggal saja dirumahnya. Aku sendiri berselisih umur 5 tahun dengan Kak Deni dan yanti 2 tahun lebih tua dariku.
Karena Kak Deni bertugas di kapal, ia sering jarang di rumah. Sering kulihat Dina kelihatan kesepian karena ditinggal kakakku. Kuhibur dia dan akhirnya kami sering bercanda. Lama-lama Terkesan kalau yanti lebih dekat ke aku dibanding Kak Deni. Karena Kak Deni jarang pulang akhirnya kami sering keluar jalan-jalan. Dan terkadang kami nonton bioskop berdua untuk menghilangkan rasa sepi yanti. Sering yanti dikira pacarku,

Gairah Yanti 7

Sore itu aku baru saja mengantar istriku Ine piknik ke Bali bareng-bareng murid SMU dan teman-temannya sesama guru. Aku antar sampai bis berangkat menuju Bali diiringi lambaian tangan istriku tercinta. Sebelum berangkat istriku berpesan agar segera mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada istri kakaknya, yang berarti adalah kakak iparku juga yang bernama yanti. Walaupun cuaca agak mendung, tetapi kuantarkan juga uang itu kepada kakak ipar istriku.
Sampai di sana ternyata sepi, nggak ada orang dan pintu rumah tertutup rapat. Ku ketuk pintu rumah “Dok..dok..dok….kula nuwun”, sapaku. Nggak ada jawaban. Berulang-ulang kuketuk pintu juga nggak ada jawaban. Akhirnya iseng-iseng pegangan pintu ku dorong, ternyata pintu nggak terkunci. Teledor benar kakak iparku ini, begitu pikirku. Aku masuk ke kamar tamu, sepi. Sayup-sayup ku dengar suara gemercik air di kamar mandi belakang. Segera aku ke sana dan menyapa kakak iparku. “Mbak.. mbak” sapaku agak keras, karena suara air mandipun keras juga. “Siapa itu?” jawab dari dalam. “Aku…ady” jawabku. “Ada apa..” tanyanya lagi. “Ini mbak aku disuruh Ine mengembalikan uang yang dipinjam kemarin” jawabku. “Ya..tunggu sebentar” jawab mbak yanti dari dalam kamar mandi.
Akhirnya aku duduk-duduk di depan TV sambil menonton acaranya. Lima menit berlalu, sepuluh menit, limabelas menit sudah aku menunggu, ternyata mbak Arti belum juga kelar acara mandinya. Iseng-iseng aku bangkit menuju kamar mandi dan mencoba melihat dari luar apa yang sedang dilakukan kakak iparku ini. Waah….ada lubang kunci, itu cukup buatku untuk mengintipnya. Deg..plasss…jantungku seakan rontok melihat pemandangan yang belum pernah aku saksikan.
Kulihat kakak iparku ini sedang menggosok-gosok badannya dengan sabun mandi sambil duduk di pinggir kamar mandi dengan kaki mengangkang. Terlihat jelas di mataku, karena posisi duduknya menghadap ke pintu kamar mandi. Wajahnya terlihat memerah, matanya tertutup rapat dan bibirnya menganga sambil sesekali mengeluarkan erangan halus, “ahhhhgg…ahhhhhg…ssshh”. Kulihat payudaranya ranum banget, walaupun agak kecil, putingnya merah dan menegang, indah sekali. Pandangan ku alihkan ke bawah. Srettt..darahku mendidih seketika, karena vagina-nya terlihat sangat bagus, seperti mawar merah yang sedang merekah, yang sekelilingnya dihiasi dengan bulu-bulu halus membentuk lingkaran di sekitar mulut luar dan sekitar perut. Mbak yanti terus menggosok payudara dan vaginanya sambil pantatnya bergoyang-goyang. Diantara keluarga kami, mbak yanti ini mempunyai pantat yang paling bagus, padat dan besar, tetapi serasi dengan bentuk tubuhnya. Ohhh. Rupanya kakak iparku ini sedang masturbasi. Aku tak begitu saja menyia-nyiakan kesempatan ini. Kuteruskan kegiatanku mengintip. Pantat mbak yanti semakin bergetar keras ketika jarinya menyentuh klitoris yang menyembul di antara vagina-nya. Digosoknya vagina-nya dengan gerakan memutar seirama dengan goyangan pantatnya.
Mungkin sudah klimaks, karena kulihat mbak yanti mengejang dan meluruskan kakinya sambil menciumi ketiaknya sendiri. Khawatir ketahuan aku segera berjingkat-jingkat menuju depan TV dan kembali duduk, Pura-pura membaca Koran yang ada di depanku. Jegleggg…pintu kamar mandi dibuka. Kakak iparku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan daster tipis tembus pandang, hingga membuat tenggorokanku kering menahan gejolak seksku yang kian meninggi. Tetapi aku pura-pura acuh dan bertanya “Mas Dwi pergi ke mana to mbak” tanyaku basa-basi. “Masmu baru penataran di Ungaran selama 3 hari, tadi siang baru berangkat, mbak mengantar sampai terminal” sahutnya. Wahhh..duda ketemu janda nich, pikirku. “Ini mbak titipan dari Ine, mohon maaf karena baru sekarang baru bisa ngembali’in” kusampaikan permintaan maaf istriku sambil memberikan amplop berisi uang “Ah..nggak apa-apa” sahutnya.
Baru berbincang-bincang sebentar, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seakan-akan mengguyur bumi ini. “Waduh..hujan” kataku memecah suara hujan yang jatuh di atas genting. “Ya berteduh dulu to di sini, nggak usah sungkan, wong di rumah saudara aja. Sebentar mbak buat’in minuman hangat” sahutnya. Mbak yanti berjalan ke dapur. Cleguk…aku menelan ludah karena kulihat pantat mbak yanti bergoyang ke kanan dan ke kiri, seakan-akan menantang setiap lelaki untuk menjamahnya. Kulihat terus setiap gerakan tubuhnya dengan seksama. Darahku seakan berhenti ketika kakak iparku ini mengaduk minuman di gelas. Seluruh tubuhnya bergoyang, payudaranya, perutnya, pantatnya pokoknya syuur banget. Tiba-tiba dia lari dari dapur menuju ke arahku dan memelukku erat-erat sambil berteriak, “Dik ady, kakak jijik lihat kecoa di dekat gelas itu” katanya sambil menunjuk ke arah dapur. “Tenang mbak, tenang, ayo kita bunuh kecoa itu” sahutku sambil tetap memeluk kakak iparku itu dan berjalan menuju dapur.
Dengan sebuah gagang sapu, kubunuh kecoa itu dan kubuang ditempat sampah, tetapi anehnya kegiatan itu kulakukan dengan tetap berpelukan dengan kakak iparku itu. Jantungku mulai berdetak sembarangan. Nafsu mulai naik ke ubun-ubun. Tiba-tiba kedua mata kami beradu pandang, lama sekali sambil nafas kami terengah-engah. Sementara hujan berubah menjadi rintik-rintik, mendukung suasana menjadi dingin dan sepi. Nggak sadar, entah siapa yang memulai, bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir kakak iparku itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu seks sudah menguasai kami berdua.
Aku tahu itu tidak boleh, tetapi kami nggak kuasa untuk menghentikannya. Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang kakak iparku menjadi sasaranku berikutnya. Kuciumi dan kujilat sepuasnya. Hampir saja aku mencipok lehernya itu, kalau tidak ditepis oleh kakak iparku itu dan memprotes, “Jangan dik..nanti membekas”, larangnya. Kemudian kujilat kuping belakang mbak yanti sambil kubisikkan sesuatu. Ia mengangguk. Sambil masih tetap berdiri di pinggir wastafel dapur kulepas pakaiannya satu per satu. Hingga kini tak selembar benangpun melilit tubuhnya. Kupandangi tubuh indah itu sampai lama, hingga lidahku tahu-tahu sudah memainkan puting payudara yang sudah memerah tegang itu.
Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di pinggir wastafel itu. Jemarikupun refleks memainkan bulu-bulu halus di sekitar vaginanya. Kudengar kakak iparku melenguh-lenguh tanda terangsang. “Ah…. ouhgh….. sshh…. nikmat.. terus….”. Dengan penuh nafsu serangan kuteruskan dengan lidah di bibir vaginanya yang sudah basah oleh cairan hangat itu. Kujilat–jilat mesra sambil sesekali menggigit bagian dalam bibir vagina itu.
Rupanya seranganku membuahkan hasil. Mbak yanti bergetar keras dan mengajakku pindah ke sofa. Kami duduk berpangkuan sambil terus melakukan kontak seksual. Kini giliran Mbak yanti yang gantian menyerangku.
Dicopotinya semua pakaianku. Ia sempat terbelalak begitu melihat penisku. Entah apa yang dirasakannya. Yang jelas ia langsung melahap penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai puas.
Gantian aku yang menggelinjang hebat, karena terus terang aku sudah terangsang ketika aku mengintip kakak iparku ini mandi. “Mmmmhhhh….srup….srup..” penisku dihisap-hisap sampai badanku merinding semua. Ia memandang mataku dan memberi tanda agar pindah ke kamar tidurnya.
Kami berbaring dengan ambil posisi 69. Kini didepan wajahku terpampang vagina yang menganga dan memerah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, langsung ku serang vagina itu hingga Mbak yanti kelabakan bak cacing kepanasan menggelinjang sangat hebat,bulu-bulu vagina mba yanti sungguh halus seluruh badannya pun di tumbuhi oleh bulu-bulu halus ,kata orang kalau perempuan banyak bulu nya pasti doyan sex,ternyata benar mba yanti sangat agresif sekali dalam bermain cinta denganku sungguh bagai orang yang kelaparan dalam sexsual ,bma yanti sangat bersemangat sekali tuk mencapai puncak kenikmatan,meronta merintih,
menggelinjang penuh kenikmatan. Tetapi sebaliknya Mbak Artipun semakin gencar menyerang peny-ku dengan tak kalah hebatnya. Tiba-tiba ia bangun dan mendorongku hingga jatuh telentang. Hujan belum juga berhenti. Dalam hati kunyayikan lagu anak-anak yang kugubah syairnya, TIK..TIK…TIK BUNYI HUJAN DI ATAS RANJANG.
Ia mulai ambil posisi membelakangiku dan membimbing peny-ku masuk ke dalam lobang vagina yang sudah becek itu disertai gerakan naik turun. Pelan-pelan….agak cepat….sampai seperti kesetanan ia terus menggoyang pantatnya naik turun. Kuimbangi gerakannya dengan mendorong peny-ku maju mundur. Mulutnya menceracau tak karuan. Dengan masih melakukan gerakan tadi kuremas-remas payudara yang kini semakin mengeras itu. Hingga akhirnya ia menjerit kecil “Ohhhh..aku sudah nggak tahan lagi dik….Ahsh..”. Segera kuambil posisi konvensional. Kutelentangkan ia, pahanya ku buka lebar-lebar dan tumitnya kuletakkan di bahuku.
Kuterobos lubang menganga itu dengan rudalku, dan kuserang habis-habisan. Permainan ini kami lakukan hampir 1 jam, sampai kakak iparku berdesah hebat sambil berkata “Ahg….ough..sh… Aku mau keluar dik. Ohhhg”. Kutambah kecepatan permainanku karena akupun sudah mendekati detik-detik orgasme. Kurasakan darah mengalir dari seluruh tubuh ke peny-ku Kugoyang, kugoyang dan kugoyang terus, sampai masing-masing kami mencapai puncak kenikmatan dengan kusemburkan mani ku ke dalam vagina kakak iparku itu sambil memeluknya erat-erat. Sepuluh menit kami berpagut mesra.
Hingga akhirnya kami kenakan pakaian kami kembali. “Mbakkk..” panggilku. “Mmhhhhh..” jawabnya manja. “Aku sebetulnya sudah mengintip waktu mbak tadi mandi” godaku. “Ahhhh..kamu nakal..” sungutnya sambil mencubit lenganku keras-keras. Senda gurau berakhir sampai aku berpamitan pulang dan kebetulan hujan sudah agak reda. Sebelum pulang kucium mesra pipi dan bibirnya sambil kubisikkan di telinganya “Mbak adalah kakak iparku tersayang”.

Gairah Yanti 6

Aku seorang lelaki berusia 35 tahun, sudah beristeri dan mempunyai 2 orang anak. Kehidupan rumah tanggaku tergolong normal normal saja termasuk dalam masalah kehidupan seks. Kata orang aku ini ganteng dan atletis, ditambah dengan kedudukanku di perusahaan yang cukup lumayan sebenarnya banyak sekali cewek yang naksir kepadaku, tapi aku ini type orang yang alim dan setia sehingga sampai saat ini tidak terlintas dibenaku untuk berselingkuh. Sebagai laki laki normal tentu saja aku mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis terutama cewek yang cantik dan seksi, tapi sebatas hanya menyukai dan mengagumi kecantikan mereka, paling banter Cuma sebatas mengkhayal bisa bercumbu dengan mereka. Salah satu cewek cakep yang paling aku sukai adalah kakak iparku sendiri yaitu kakak ipar isteriku. Orangnya cantik, putih mulus dengan tubuh yang sintal berisi sangat seksi sekali. Yang menambah rasa suka ku kepadanya karena sifatnya yang sangat terbuka suka bercanda, orangnya gesit sangat aktif dan mandiri. Secara fisik sebenarnya sangat mirip dengan isteriku, Cuma isteriku mempunyai sifat sebaliknya yaitu agak tertutup, pendiam dan sangat penurut. Itulah yang kadang-kadang sering membuatku berkhayal bisa bercumbu dengan kakak iparku yang lincah dan energik. Aku suka mencuri curi pandang kalau pas ke rumahnya, maklum kalu dirumahnya dia suka pake baju daster rumahan, sering kalau lagi ngobrol bisa melihat pahanya atau teteknya kalau lagi nyuguhin air minum. Sejauh ini aku Cuma bisa berkhayal, maklum aku dan kakak iparku sangat saling menghormati. O... ya kakak ipar umurnya lebih muda dariku 25 tahun, sudah punya anak 1, suaminya sudah lama menderita diabetes berat, dan yang aku dengar dari isteriku suaminya tersebut sudah lama tidak bisa menjalankan kewajiban seksualnya. Dan hal itu menambah khayalku kalau kalau kakak iparku itu sudah sangat kesepian. Tapi karena orangnya sangat energik terlebih dia juga sibuk dengan pekerjaannya secara kasat mata dia tidak kelihatan sebagai wanita kesepian, malah kelihatannya hapy hapy saja. Suatu saat keluarga besarku mendapat undangan pernikahan saudara sepupu isteri saya, kebetulan banyak anggota keluarga yang sedang berhalangan, sehingga diputuskan sebagai wakil keluarga yang berangkat adalah aku dan isteriku serta kakak iparku, anak anaku dijaga ibu mertuaku. Tempat undangan lumayan jauh kira kira butuh waktu 24 jam perjalanan darat, sehingga kami berangkat 2 hari sebelum hari H biar cukup waktu apalagi aku biasanya gak kuat nyupir malam hari, biasanya kalau kemalaman biasa nginep dijalan. Kami berangkat pagi pagi sekitar jam 8 bertiga naik mobil, tak terasa perjalanan sudah melewati waktu magrib, dan seperti yang sudah direncanakan kami akan beristirahat di hotel di kota J. Karena sedang musim libur rata rata hotel disitu sedang penuh, setelah cari cari hotel yang lumayan bagus dan harga terjangkau akhirnya dapat juga kamar Cuma tinggal satu kamar saja. Daripada gak dapat kamar akhirnya kami putuskan untuk nginep satu kamar bertiga. Kamarnya cukup besar dengan satu tempat tidur besar. Sebelum masuk hotel kami telah makan malam sehingga di hotel tinggal tidur beristirahat untuk persiapan melanjutkan setengah perjalanan lagi. Isteriku dan kakak ipar ku selesai mandi, wow... mereka pake daster tipis diatas lutut... tiba tiba kontolku ngaceng dan libidoku semakin memuncak apalagi seminggu lebih aku belum bersetubuh, karena isteriku baru selesai menstruasinya hari ini. Yang semakin bikin aku terangsang adalah kakak iparku, dengan wangi segar sabun mandi, paha mulus serta bayangan tubuhnya yang menerawang dari daster tipisnya sehingga bisa kelihatan bayangan celana dalamnya dan teteknya yang gak pake BH. Untuk menyembunyikan kegelisahanku aku cepet cepet ke kamar mandi aku mandi sambil membayangkan tubuh kakak iparku. Selesai mandi aku pake kaen sarung, sengaja gak pake pijama biar longgar dan lebih leluasa ngelus ngelus kontolku. Setelah ngobrol sebentar kami pergi tidur satu ranjang bertiga, kakak ipar disisi kiri, isteriku di tengah dan aku di sisi kanan. Kami berselimut bertiga pake bed cover yang sangat besat dan tebal, tiba tiba kakak iparku memadamkan lampu semuanya... sialannn... padahal aku berencana mau melihat tubuh kakaku ketika dia sedang tidur Maksudnya mau cepet tidur biar bisa istirahat, tapi ternyata mataku sulit terpejam hasrat pingin ngentotku semakin menggebu apalagi obyek khayalanku tidur sekasur denganku meskipun terhalang oleh isteriku. Kutempelkan badanku ke badan isteriku kuelus pelan tetek nya dengan hati hati tanpa banyak gerak karena takut ketahuan kakak ipar, isteriku menepiskan tanganku sambil berbisik ”jangan macem macem gak sopan kalau kakak tahu” Kujawab dengan bisikan yang sangat pelan ” pelase... aku kepingin sekali, ditempelin aja pelan pelan”. Kupeluk hati hati, kuciumi wangi badanya sambil mebayangkan sedang menggerayangi kakak iparku. Kuangkat kain sarungku dan kusibakan kiri kanan lipatan depan celana dalam ku sehingga batang kontolku dapat keluar persis ditengahnya. Lalu kuangkat daster isteriku, kuraba raba pahanya kemudian kurenggangkan. Tiba tiba tanganku dicubit nya dengan keras seraya berbisik lagi ”Jangan kurang ajar !! .. apa mas gak menghargai mbak yanti” Yah .... akhirnya aku bener bener gelisah menahan hasrat yang semakin memuncak, aku Cuma bisa ngelus ngelus kontolku entah sampai jam berapa, namun karena kecapean akhirnya aku ketiduran juga sampai akhirnya aku terbangun karena isteriku bergerak gerak, ooo... rupanya kebiasaan isteriku menjelang jam 5 pagi dia suka buang air besar, tapi sebelum ke wc dia biasanya nepuk nepuk dulu perutnya sampai terasa kebelet sekali baru ke wc. Dan rupanya memang betul, gak lama kemudian isteriku mnyingsingkan selimut dan pergi ke wc, sebetulnya aku mau nerusin tidurku karena masih ngantuk, tapi tiba tiba deg..... jantungku berdesir dan kontolku berdiri tegak lagi, aku baru sadar kalau disebelahku terbaring kakak iparku obyek khayalanku selama ini. Dan seolah ide cemerlang itu mengalir begitu saja, aku tahu persis kalau isteriku beol tiap jam 5 pagi biasanya butuh waktu 1 jam lebih, entah ada kelainan psikologis apa betul betul ada kelainan pencernaan dia butuh waktu berlama lama di wc sampai merasa beolnya tuntas. Memikirkan peluang dan kesempatan itu yang belum tentu akan terjadi lagi, entah kenapa keberanianku pun semakin besar. Yes...! aku harus mendapatkanya sekarang !!!!. Namun demikian otaku masih berjalan waras, biar gak terjadi sesuatu yang fatal aku akan berpura pura kalau yang sedang ke wc itu adalah kakak iparku sedangkan yang masih tidur disebelahku adalah isteriku yes... !!!!. Kubuka mataku lebar lebar tapi yang kulihat hanyalah siluet karena kamar cukup gelap, aku menggeliat mendekati tubuhnya, kupeluk badannya ser..... alangkah halus kulit tangannya, ku elus elus teteknya dengan lembut, kuciumi pipinya sambil kujilat cuping telinganya, sementara tanganku satunya menggerayangi bagian bawah... oooo rupanya dasternya telah terangkat keatas sehinga tangan ku langsung menyentuh gundukan daging memeknya.. tiba tiba kurasakan badanya mengejang pasti dia bangun dan kaget, tangannya menepiskan tanganku, kurasakan wajahnya menoleh kewajahku, sebelum teriak kupeluk erat badanya seraya ku berbisik ke telinganya ” ssstttt.... mah mumpung mbak Dina lagi ke wc, yok kita main sepukul dua pukul”. ”pleaseee ... kita kan uah seminggu lebih gak ngentot” lanjutku lagi... Entah bagaimana mimik wajahnya saat itu gak bisa kulihat karena gelap, tapi dia gak berteriak meskipun pahanya mengepit lebih rapat dan tanganya masih memegang tanganku. Kulepaskan tanganku lalu kuselusupkan kedalam celana dalamnya kurasakan jembutnya dan tanganku terus menjalar sampai kusentuh belahan memeknya, ku gosok gosok pakai jari tengahku.. ku putar putar itilnya... dia diam saja meskipun pahanya masih agak kejang...tanganku satu lagi kuselusupkan kedalam daster atasnya ku elus elus teteknya... sambil kupilin pilin putingnya... hhhmmmm sungguh sangat sensasional... tak kusangka sangka ternyata khayalanku menjadi kenyataan meskipun dalam kegelapan dan berpura pura dengan isteriku.... Kuusap usap terus belahan memek dan itilnya, kurasakan semakin banyak cairan yang membasahi memeknya....ohhh shhhh, pahanya semakin lemas dan rilek.....dan kudengar dia mendesah tertahan.... Karena sudah gak tahan dan takut isteriku keburu selesai, maka segera kulaksanakan hasratku, sarung kulepas sementara seperti tadi batang kontolku kukeluarkan lewat lipatan depan celana dalam riderku, pas keluar ditengah tanpa harus melepas celana dalamnya. Kurenggankan pahanya lalu kuturnkan celana dalamnya sedikit sehingga dengan mudah kusibakan samping celana dalamnya. Aku berlutut diantara kedua kakinya kuarahkan kontolku melalui pinggir celana dalamnya dan kutempelkan pas dibibir memeknya, kuusapkan kan kontolku sambil mencari celah lubangnya, setelah sedikit menyeruak kutekan pelan ....ooooohhhh shhh... nikmatnya sentuhan ujung kontolku dengan lapisan labia mayoranya.... Kutekan pelan, sambil kugoyang goyang kan.... shhhh baru masuk kepalanya .....kutekan agak keras.... sleps...... kudengar dia meringis pelan, mungkin agak sakit karena kontolku gede sekali sementara memeknya sudah lama tidak pernah dientotin... Kutekan sambil ku goyang pelan pelan.... oohhh sleps.... sleps.... lama lama akhirnya kontolku amblas juga semuanya........ Ku dengar istriku di wc mengguyurkan air ... masih ada waktu seperempat jam lagi, biasanya isteriku dua atau tiga kali cebok sambil mengguyurkan air, sampai dia betul betul selesai... Kupercepat kocokanku takut isteriku keburu keluar, sleps... sleps... plok..plok suara paha beradu...... semakin lama semakin licin memeknya dan semakin lancar kocokanku.... tiba tiba kudengar gyuran air isteriku kedua kali nya semakin kupercepat kocokanku... oooo nikmat yang luar biasa..... sensasi yang sangat menakjubkan..... rasa nikmat berpacu dengan rasa deg degan karena takut isteriku keburu keluar... semakin kupercepat kocokan ku ... sleps... sleps....semakin geli kurasakan kontolku dan mbak yanti juga semakin tegang pahanya mengepit ketat pinggulku.... semakin kupercepat kocokan ku dann.... ohhhh....... crooott.... ccrrrooottt air maniku menyembur banyak sekali demikian juga kedua paha mbak yanti semakin keras mengepit pinggulku dan kedua tangannya mencengkram bahuku...sayup sayup kudengar dia mendengus tertahan...... Kurebahkan tubuhku diatas tubuhnya ... sambil kuciumi pipinya..... kontolku masih menancap sambil merasakan nikmatnya kedutan kedutan bagian dalam memeknya..... Kuberbisik ke telinganya ” Mah.... enak sekali baru kurasakan nikmat seperti ini” ”Kok Rasanya beda ya... apa karena terburu buru takut ketahuan mbak yanti ya” lanjutku lagi ber pura pura ”kok diam saja mah......” bisikku lagi. Mah mah enak aja lu di panggil mamah apa luh ga liat yang lu setubuhi siapa??? Hahhh kak yanti ,aku pura-pura kaget biar kak yanti ada respon, Terdengar lagi guyuran air ketiga kalinya, berarti kali ini isteriku telah benar benar selasai.. cepat cepat kucabut kontolku dan bergeser ke samping. Tak lama kemudian isteriku keluar kamar mandi dan langsung nyalakan lampu seraya dia berkata setengah berteriak ” ayoo... pada bangun sudah siang Nih..... mandi.... mandi” Kucoba lihat wajah mbak yanti tapi gak kelihatan karena karena dia menghadap kearah sana sementara wajahnya ditutup tangannya. Terus aku pura pura kaget ” lho Mama to.. pagi pagi sudah ... mandi !!!!!!” ”Biasa ... beol” katanya santai. ”Mau sekalian mandi tapi handuknya ketinggalan”, katanya lagi Setelah mendapat handuk isteriku masuk lagi ke kamar mandi. Dengan pura pura kaget dan penuh penyesalan kuhampiri mbak yanti ku elus pundaknya ”Mbak maafkan aku.... suerrr... aku kira yang kekamar mandi tadi mbak yanti” ujarku... Tiba tiba dia berbalik dan Plakk!!!! Dua kali tamparan hinggap di pipiku. Kulihat dia nagis terisak.. ”mbak plesae maafin aku, aku sungguh gak nyangka kalau yang tadi itu mbak” pura pura ku lagi.....awas lu di urusan kita belum selesai sampai di sini,kita ketemu dirumah nanti, Karena situasinya gak memungkinkanm aku gak ngomong apa apa lagi , takut jadi rame malah ketahuan isteriku.....Rupanya Mbak yanti pun berpikiran sama dia segera merapaihkan badan dan wajahnya terus siap siap dengan handuknya... Begitu isteriku selesai mandi, mbak yanti langsung ke kamar mandi. Itulah pandainya Mbak yanti sehingga hari itu berjalan seperti tidak ada apa apa, sepanjang perjalanan dia bersikap seperti biasanya. Kecuali pas kita berdua sikapnya jadi lain dan kulihat masih ada raut marah di wajahnya. Setelah kembali kerumah, ketika ada kesempatan berdua aku ngomong lagi ke dia dan minta maaf kalau itu gak sengaja, terus kutanya kenapa mbak yanti gak bilang waktu itu... ”gak enak, takut kamu malu” katanya ”lagian mbak pikir isterimu ke wc gak akan lama, jadi gak akan keterusan” lanjutnya. Tapi aku gak tanya lagi kenapa dia juga jadi pasrah dan orgasme, itu kusimpulkan sendiri karena Mbak yanti sudah lama gak dientotin suaminya, secara naluriah dia juga sudah kepeingin dan terangsang.Sekali lagi yang ini gak ku tanyakan takut dia malu dan tersinggung. Cuma aku jadi menyimpan harapan, sebenarnya mbak yanti kalau sudah terangsang mau juga dientotin tapi kapan kesempatannya, apalagi setelah peristiwa itu dia jadi agak menghindari berduaan denganku. di .. suer aja ya sebenarnya mba juga menikmatinya …..habis kontol kamu gede banget sihh,lagian juga mba kan udah lama ga di entotin sama kakakmu,jadi begitu kamu langsung nyosor pada malam itu ..ya mba pasrah aja,Cuma yang mba takutkan istri kamu tahu,pokoknya buat selanjutnya Permintaan mba,kalau mba lagi pengen kamu harus bisa menuruti,bisa ngga?.... ya bisa bangett lah mba,siapa yang mau nolak di kasih kenikmatan ,apalagi tubuh mba yang sexy abis itu,ach kamu bisa aja kalau ada maunya sih,tapi mba ketagihan juga sih sama kontolmu yang gede itu Setelah kejadian itu aku dan mba yanti terus melakukan hubungan intim bila setiap ada kesempatan dan itu di lakukan sanpai sekarang ,kamipun sama-sama menikmati satu sama lain,tubuh mba yanti yang aduhai sexy ,buah dada yang mungil,memek yang menggigit membuat diriku selalu ketagihan di setiap ada kesempatan,yantipun tergila-gila oleh sodokan kontolku yang cukup besar serta gesekan bulu dadaku ang membuat mba yanti tergili-gila padaku.

Gairah Yanti 5

Nama saya Andy, 26/m/kota M, saya dan pacar saya keturunan jawa kulon, pacar saya, Yanti 25 tahun. Orangnya cantik, wajahnya alim, polos, bodynya bagus, dadanya ukuran standard, kulitnya putih, dan yang paling mengesankan dari bagian tubuhnya adalah Pantatnya!:) bagi saya sih.. mengalahkan pantat J-LO. Sungguh padat dan berisi. Kalau kami bergandengan berdua, melihat dari tampang kami yang alim, sungguh tidak akan ada yang menyangka bahwa kami menyimpan gairah yang gila didalam diri kami.
Ok dhe, sekian pengenalannya.

Saya dan Yanti pacaran sudah lebih 2 tahun, dan bercinta sudah lebih dari 200x. Kami sangat puas dengan pengalaman sex kami, hanya saja sejak 1 tahun lalu, saya memiliki suatu kelainan yang cukup aneh, saya sangat bergairah jika menghayalkan Yanti bercinta dengan orang lain, tidak perduli siapa, pokoknya dengan membayangkan hal itu, gairah saya meledak. Semula Yanti agak risih dengan fantasi saya, akan tetapi dengan rayuan maut, dia dapat bergairah juga membayangkan hal itu. Singkat cerita, kamipun dapat mewujudkan ide gila tersebut.. dan sampai sekarang, tidak ada yang berubah diantara kami, tetap saling mencintai, dan saling percaya. Semula Yanti takut dianggap selingkuh dan murahan, tetapi bagi saya jika hal itu dilakukan atas pengetahuan dan anjuran saya, bagaimana hal itu dapat dikatakan selingkuh dan murahan? (setuju tidak?) kita cuma menganggapnya: SEX ONLY..
Berikut akan saya ceritakan pengalaman-pengalaman ML dengan yanti dengan mengikut sertakan pihak ketiga.
Peristiwa Pertama
Kami biasanya bercinta dirumahnya pada saat kedua ortunya bepergian, suatu malam, saya sedang berduaan dirumahnya.. kita lagi bercanda sofa, tiba-tiba dengan genitnya Yanti menyingkapkan kaos saya, menggigit puting saya..
"Hmm.. gila loe.. ntar gua nggak tahan lo.." ucapku asal.
Dia cuman melirik dengan mata binal dan kembali menjilat2 putingku sesekali menghisapnya kuat..
"Agghh.. jangan Yan.. ntar aryo pulang, kita belom tau dia malam ini nginap dirumah temannya ato nggak.."
"Tenang aja.. bentar aja.. masukkan bentar aja.. aku pengen loe muncrat, dah 2 minggu ga liat loe muncrat", kata Yanti enteng, sambil meremas pantatku kuat.
Pembaca, perlu diketahui, Yanti ini walau dari luar kesannya sangat alim, justru menyimpan gairah yang binal, dia suka dimaki sewaktu bercinta, semakin jorok kata-kata yang keluar, dia semakin gila, ditengah permainan dia juga suka dikasari (tapi kita tidak menganut sex sadisme, hanya variasi liar dan kasar). Sementara dalam kehidupan sehari-hari Yanti sangat menjaga tutur katanya, nyaris tidak pernah saya mendengar dia mengucapkan kata kotor kecuali kalau dia sangat marah. Singkatnya alim deh, halus orangnya!
"Nhh.. nggak ah Yan, jangan.. ga enak tiba-tiba aryo pulang, ntar kepergok lagi.."
"Bangsat loe.. tenang aja, kedengaran kok suara motornya kalo dia pulang.. elo konsen aja.. segera keluarin mani loe.. gua lagi haus.. cepet" katanya sambil menurunkan celana pendek saya dan CD saya.
Penis saya yang belum tegang sepenuhnya langsung nongol.. dia cuman meliriknya dengan pandangan binal, sambil menggodanya dengan menyentuhkan ujung lidahnya di kepala penis saya.
"Tuh liat dah keluar cairannya.. elo tenang aja.. laki-laki nggak tau diuntung.. udah bagus gua mau jadi budak kontol loe.." kata-kata yang kasar tapi menggairahkan kembali keluar dari mulutnya..
Kami melakukan ini di rumahnya dilantai disofa ruang keluarganya.. Yanti dengan sangat sangat lihai meng-oral saya. OH ya.. satu hal lagi, Yanti memiliki kemampuan yang sangat Spektakuler dalam oral sex dan Hand JOB, sangat expert! Kalau dia lagi Haid, dan saya butuh, dia hanya butuh 3 menit untuk mengeluarkan mani saya dengan mulutnya, sementara kalau bercinta, saya bisa tahan 30 menit untuk orgasme (Yah.. kami menganggap itu sebagai suatu kelebihan). Kalau berbicara soal ukuran, saya rasa saya tidak dapat membanggakan ukuran saya.. Yahh.. normal lah.. ukuran orang Asia!
"Hmm.. gimana rasanya? cepat bilang! apa yang dirasakan kontol lu sekarang?!", ucap Yanti disela-sela kesibukannya menghisap penis saya.
"Hehe biasa aja.. nggak ada yang spesial" pancingku untuk membangkitkan kemampuannya.
"Bangsat, bagaimana dengan ini..", Yanti langsung menghisap kuat penisku dan melepaskannya, kedengaran suara "PLOP" dihisap kuat lagi sambil disedot2 didalam mulutnya.. Ya ampun ini gua nggak tahan dia pintar sekali..
"Arrhh.." cuman itu yang bisa keluar dari mulutku. Tanganku meremas rambutnya..
"Kalau yang ini bagaimana?" dilepaskannya hisapannya, dikocoknya batangku dengan lihai, sambil menghisap testisku ganas.
"Agghh.." kembali cuma kata itu yang dapat keluar dari mulutku.
"Bagaimana dengan yang ini..?!" ucapnya sambil tetap mengocok batangku dan menghisap putingku.
Saya sangat sensitif dengan puting dada.

Perlu diketahui, semua percakapan kami dengan menggunakan bahasa jawa, tapi disini saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia (yahh tentu supaya pembaca mengerti).
"Ampun Yan.. jangan yang itu.. uggh"
Yanti terus mengocok batangku, sambil menghisapnya dengan lihai.. saya merasakan sperma saya berdesak2 akan keluar..
"Yan.. cepat Yan.. dikit lagi.. gua dah mau muncrat.. plzz.."
"Oh ya.. mau keluar ya.. elo mau keluar dimana.. di tangan gue ato dimulut gue.. hmm" goda Yanti lagi..
"Mulut lu Yan.. mulut.. gua pengen muncrat dimulut loe.."
"Oh ya.. boleh.. boleh.." kata Yanti seraya memperlambat kocokkannya.
Dia ingin menggoda ku, membuat saya memohon-mohon padanya.
"Cepat Yan.. jangan lambat gitu.. plzz.."

"Mau keluar ya..? Kaciaan.. nggak deh.. kalo mau keluar, elo bayar gua dulu.. elo harus anggap gue tuh Pelacur.. gua tuh pelacur.. tau nggak..? 1juta! elo boleh muncrat di mulut gue, gue telan mani loe sampe kering.. mau nggak.." goda Yanti lagi..
"Bangsat nih anak" pikir gue.. soalnya kalo gua janji, bener-bener gua harus kasi 1 juta buat dia.. tapi desakan untuk muncrat udah nggak tertahankan..
"Anjing lo.. Bangsat.. pelacur.. keluarkan gue.. keluarkan mani gue dimulut lu.. cepatt" erangku sambil mendorong kepalanya cepat..
Yanti tidak menunggu lama lagi.. tangan kanannya mengocok batang kemaluan ku.. mulutnya menyedot kepala penis saya.. gerakannya sangat cepat.. gua bener-bener nggak tahan lagi..
"Anjing lo.. gua dah mau keluarr.. aaghh.." saya tekan kepala Yanti dalam2, sedetik itu.. sperma saya dengan derasnya keluar berkali-kali dimulut yanti.. Yanti agak kewalahan menghadapi banyakknya sperma saya.. sampai-sampai mengalir keluar dari mulutnya..

Yanti terus menghisap penis saya.. dan benar, tidak setetespun yang tersisa.. kemudian Yanti terduduk di lantai sambil memperhatikan saya yang sedang meregang menikmati sisa orgasme saya. Dia memandang saya dengan pandangan mata yang aneh.. seolah-olah ikut merasakan apa yang saya rasakan..

Tiba-tiba dengan sangat tiba-tiba, mungkin karena serunya permainan tadi, kami tidak mengetahui ada sosok yang berdiri diatas tangga memperhatikan apa yang kami lakukan tadi. JIMMY! Temannya adik cowo Yanti yang kebetulan disuruh Herry mengambil barang yang ketinggalan dirumah, berdiri menjublak tidak percaya atas apa yang dilihatnya. Tangannya kuat meremas ujung tangga, dengan mulut yang terbuka. Jimmy 23 tahun, teman adik kandung Yanti, sedang berdiri memperhatikan kami.

Bak disambar kereta api.. Yanti sampai menjerit, dan dengan wajah pucat seperti kertas, sementara saya dengan gerak reflek kecepatan cahaya, langsung menaikkan celana saya! Syuutt beres semuanya, seperti tidak ada kejadian apa, hanya saja Yanti tetap duduk didepan saya di lantai, pas di depan selangkangan saya.. dengan sisa sperma masih mengalir dari sela2 mulutnya..

Dengan sekejap pula saya berpikir"wah kesempatan mewujudkan fantasi sex kami bisa terwujud sekarang jika Jimmy diikut sertakan, sekalian dia jadi bisa tutup mulut, kalo dia ikut terlibat, tentu dia nggak berani bilang ke orang lain, masa dia mau pacarnya tau?jadi, sekali tepuk 2 lalat sekalian.. hehe"

Saya merasa kalau ide ini terwujud, Yanti tidak akan keberatan, kami tahu betul Jimmy ini orangnya bagaimana, tidak berandalan, ganteng, tubuhnya atletis, jauh lebih atletis dari tubuhku, dan yang paling penting dapat dipercaya!
"Ehm.. Jim, elo kok bisa masuk?" tanya Yanti mendahuluiku
"Ah? uhh.. eh.. nggak.. sorry.. gue nggak tau.. eh.. Herry kasi kunci rumah ke gue, dia nggak tau lu orang ada dirumah, ada barang ketinggalan.." sahut Jimmy gugup dengan wajah yang nggak kalah pucat.
"Jim, plz jangan bilangin ke orang lain yach, plz ya.." mohon Yanti.
"Nggak deh.. nggak bakal.. percaya deh" sahut Jimmy cepat.

Gue segera kedipin mata ke Yanti, suruh dia pergi bentar, untung Yanti nggak banyak tanya, langsung ngeloyor ke kamar mandi. Gue hampirin Jimmy.
"Jim.. gue tau lu bisa dipercaya, lu mau nggak ikutan?" tanya gue langsung.
"Hah? ikut apa?" masih tanya Jimmy dengan wajah begonya.
Dalam hati gue happy banget, Jimmy ini ganteng.
"Kita ML bertiga mau nggak? gak pa pa kok, Yanti pasti mau, kita sudah lama inginkan hal seperti ini"
"Tapi loe harus janji, ini hanya antara kita bertiga, dan ini cuman SEX, tidak melibatkan perasaan" jelasku.

Singkatnya, setelah segala perjanjian disetujui, dan skenario telah dirancang. Jimmy akan pura-pura pergi, saya dan Yanti akan bercinta, dan Jimmy harus muncul ditengah-tengah permainan.
Setelah Jimmy pura-pura pergi"Yan.. cepet dong.. yang tadi belom selesai.." teriakku.
Yanti keluar dari kamar mandi"Jimmy dah pergi? dia bisa dipercaya?"
Saya tidak menjawab pertanyaannya, langsung gue peluk dia, sampai dia merapat ke dinding, tanpa basa basi, gue turunkan celana dan CD gue.
"Andy.. gila loe ya.. gue masih shock.." protes Yanti.
"Diem aja loe bangsat, hisap kontol gue, lanjutin yang tadi!" sahutku pura-pura garang, sambil menekan pundaknya untuk jongkok menghisap penis gue. Yanti mulai menghisap penis gue yang mulai keras.
Tiba-tiba gue balikkan badan Yanti, langsung gua buka roknya dan CDnya, Yanti dalam posisi menungging, dengan kasar dan buru-buru gue tempelkan penis gue di bibir vaginanya yang sudah terbuka.

"Andy.. jangan dong, gue masih shock.. jang.. aahh"
Yanti belum sempat menyelesaikan kata-katanya, penis gue sudah menghunjam dalam vaginanya. Gue nggak beri dia kesempatan, dengan memegang pinggulnya, gue kocok dengan cepat penisku didalam vaginanya.
"Aaghh.. bangsat lu.. suka-suka lu aja fuck gue.." erang Yanti.

Setelah merasa cukup, gue cabut penisku, dorong Yanti ke sofa, gue kangkangin dadanya sambil jejalkan penis gue ke mulutnya.. selagi Yanti menyedot penisku, gue ambil handuk yang tadi dah gue persiapkan untuk ngikat matanya..
"Andy.. kok.." protes Yanti.
"Stt.. nikmati aja" sahutku cepat.

Yanti yang masih bingung, gue telungkupkan, dan gue masukkan dikit2 kemaluan gue kedalam vaginanya.. masuk dikit, gue cabut lagi.. masuk cabut lagi..
"Arhh.. mau lu apa sehh.. jangan gitu.. masukkin semuanya bangsat.. hunjam dalam-dalam.." protes Yanti.
Pas, saat itu Jimmy datang dengan senyap2, gue tersenyum sambil tetap godain Yanti dengan penetrasi yang setengah-setengah..
"Masukkin dong Dy.. Plzz.." erang Yanti.. yang tidak tahu Jimmy sudah didekat kami.

Segera gue kode Jimmy untuk gantiin posisi gue, dia ngerti, langsung buka pakaiannya sampai bugil, Wow.. kemaluannya sudah tegang.. Hebat nih anak, pikir gue.. Gue kode lagi Jimmy untuk basahkan kemaluannya supaya Yanti nggak curiga. Jimmy pelan-pelan dengan senyap membasahi kemaluannya dengan ludahnya sendiri, hmm batang kemaluannya cukup besar, setidaknya diameternya lebih besar dari punya gue..
"Dy.. cepat dongg.." pinta Yanti.. yang masih dalam keadaan tertutup matanya dan posisi membelakangi kami.

Segera dengan cepat kami berganti posisi.. dengan sangat senyap.. Jimmy langsung menempelkan penisnya di bibir vagina Yanti, gue disamping mereka tidak terlalu jauh, melihat jelas, sekarang pacarku Yanti, orang yang paling gue cintai, sebentar lagi akan dimasuki penis lain, selain penis gue. Yanti masih perawan waktu pertama kali ML sama gue, dan cuman pernah ML sama gue saja, sekarang, sesaat lagi, dia akan merasakan penis yang kedua dalam hidupnya..

Perasaan gue campur aduk, gairah yang meledak2 melihat keadaan itu, cemburu, menyesal, senang.. kayak gado-gado deh.. sekujur badan gue jadi dingin, gemetar.. ketika melihat Jimmy mulai memegang pinggul Yanti.. dan mulai mengesek2 kepala penisnya di bibir vagina Yanti, dan sekarang mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam vagina Yanti.. saya sangat bergairah menyaksikan ini semua..
"Masukin dy.. plzz.. tunggu apa lagi..? gue dah lama nggak ngerasain sperma loe muncrat di vagina gue.. plzz.. shake gue.. plzz.. gue pelacur.. gue murahan.. entotin gue plzz.. gue.. aahh" jerit Yanti yang belum menyelesaikan perkataan mesumnya, karena Jimmy sudah menghunjam habis batangnya didalam vagina Yanti.
"Ugghh.. gilaa.. dalam banget.. bangsat loe.. kenapa kontol loe jadi.. ahh" jerit Yanti yang tidak sempat menyelesaikan kata-katanya karena Jimmy dengan cepat mengocok penisnya didalam kemaluan Yanti.

Gue bener hampir pingsan menyaksikan ini, Yantiku yang kucintai sedang merasakan penis yang kedua dalam hidupnya.. dia sedang merasakan kenikmatan yang diberikan oleh orang lain.. dan perasaanku yang amburadul menyadari ada seorang pria yang sedang meraih kenikmatan dengan menggunakan tubuh pacarku yang sangat ku cintai.. kedua orang ini sedang merasakan kenikmatan yang sangat. Jimmy terlihat sangat berusaha menahan erangannya.. Yanti menjadi sangat liar, berteriak tanpa perduli apa yang terjadi..

"Anjing loe.. enak banget.. kontol loe gede banget.. kontol loe tambah gede, tambah perkasa.. bangsat loe.. kenapa jadi begini.. shiitt.. kocok gue cepat.. kasari gue.." ceracau Yanti nggak karuan.
Jimmy tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung menampar pantat Yanti dengan keras, dan menhunjamkan kemaluannya dalam-dalam. Tiba-tiba selagi mereka asik, gue kode Jimmy untuk mundur, gue pengen ngerasain jepitan Yanti, Jimmy mundur teratur, langsung gue gantiin.. gue hunjam dalam penis gue yang agak menciut..

"Ahh.. kok.. kenapa.. kontol loe.."
Belum selesai perkataan Yanti, penisku sudah membengkak kembali didalam vagina Yanti.. gue kocok terus.. dengan kasar dan dalam.. mungkin karena sensasi yang begitu besar, gue merasa sperma gue sudah diujung-ujung mau muncrat.. segera gue kode Jimmy untuk ambil alih.. Jimmy kembali menghajar vagina Yanti..

Ini saatnya Yanti diberi kejutan pikir ku.. segera dengan senyap gue ke hadapan Yanti, pelan-pelan mengarahkan penisku yang sudah mau muncrat ke mulut Yanti.. dengan pelan-pelan.. sementara Jimmy dengan cepatnya tetap mengocok batangnya divagina Yanti.. tiba-tiba, gue pencet mulut Yanti, dan kemaluan gue yang sudah dihadapan Yanti langsung menyeruak masuk dimulutnya.. Yanti tersentak dan reflek membuka penutup matanya..
"Aahh.. loee.. kok..?" Yanti langsung melihat kebelakang, mendapati Jimmy sedang menghunjam vaginanya.. dari parasnya gue tau Yanti sangat shock.. dia langsung melihat ke gue.. dan saat itu..

"ANJING.. loe.. kokk?" belum sempat Yanti menyelesaikan perkataannya.. mulutnya sudah dipenuhi oleh sperma gue yang muncrat dengan banyaknya.. pada saat itu juga, Jimmy sudah mau klimaks juga, dia dengan kasar membalikkan tubuh Yanti, dan tanpa basa basi memasukkan kemaluannya divagina Yanti.. langsung mengocoknya dengan ganas, Yanti yang masih belum menyadari apa yang sedang terjadi, langsung menerima semprotan sperma Jimmy di dadanya.. sangat banyak.. dan sangat mengesankan.. suatu peristiwa yang sangat dahsyat bagi saya..

Setelah segala ketegangan berlalu..
"Yan.. sorry deh.." ucapku
"Iya.. gue juga sorry.." timpal Jimmy
Yanti masih diem aja.. shocknya masih tertinggal.
"Gue jaga rahasia kok.. dan ini cuman kita bertiga yang tau, suerr.. gua juga nggak mau cewe gue tau, mati gue dibunuhnya" ucap Jimmy

Gue kode Jimmy untuk berlalu, Jimmy berlalu, meninggalkan kami berdua.
"Yan.. udahlah.. elo jangan gini deh.. gue cuman mau wujudkan sensasi kita.. gua jamin deh nggak ada yang berubah antara kita.. gue tetap cintai lu, ga ada yang berubah.. percaya lah.. tadi cuman SEX, anggap aja dia tuh vibrator.." jelasku.
Setelah diam lama.. Yanti menyahut"Gua marah nih"
"Plzz.. udah deh.. marah napa?"
"Marah! karena elo napa nggak bilang dari awal.. supaya gue bisa lebih nikmatin kontol Jimmy yang gede" ucap Yanti sambil tertawa..

Pembaca.. dengan tawanya itu.. hilanglah semua ganjalan.. dan tawanya itu menandakan, petualangan baru kami sudah dimulai.
Semenjak peristiwa itu, Jimmy pernah menelepon gue dan ngajak main bareng lagi, tapi kami tolak dengan tegas, kami punya komitmen, sekali untuk seorang, tidak boleh berulang dengan orang yang sama. Bukan tidak percaya pada Yanti, hanya saja untuk mencegah orang lain memiliki perasaan kepada Yanti, karena Yanti ini sangat dahsyat dalam bercinta, siapa yang pernah merasakan tubuh Yanti, pasti akan kecanduan, percaya deh pembaca.. atau diantara pembaca ada yang berminat dikeluarin spermanya oleh Yanti? He he he

2 minggu sejak peristiwa itu, kami mulai memikirkan mangsa baru lagi, kali ini Yanti yang agak heboh, pengen merasakan ML bareng yang sebenarnya, soalnya waktu itu, dia nggak bener2 menikmatinya. Tapi kami masih bingung, lelaki mana yang akan beruntung kali ini?kami belum menemukan orang yang tepat. Praktis sejak peristiwa malam itu, kami tidak melakukan hubungan badan, soalnya pengen rame-rame seh.

Gue punya seorang teman yang akrab, namanya Wilsen. Wilsen ini orangnya agak-agak loser, walau otaknya encer, tapi loser deh. Orangnya baik, tidak ganteng, agak pendek, dan banyak bulu. 2 tahun lalu Wilsen ini melepas perjakanya dengan seorang pelacur seharga 80ribu!Semenjak itu, selalu mengumbar nafsunya sama para pelacur, tetapi tetap menyimpan keinginan yang begitu besar untuk bercinta dengan cewe baik-baik, dan tidak pernah kesampaian tentu saja. Orangnya jelek amat seh.

Sudah sejak lama temanku ini menyimpan obsesi yang begitu besar kepada Yanti. Sebagai teman, walau dia tidak pernah mengatakannya secara langsung kepadaku, tapi jelas gue tau obsesinya, baik dari saat dia bercanda atau saat dia memandang Yanti.

Suatu hari, sabtu siang, gue bersama Yanti sedang menikmati weekend disebuah hotel berbintang dikota kami. Rencana kami sebenarnya gila. Saking tidak ada cowo yang tepat untuk diajak main bareng, kita berencana untuk menggoda room boy hotel untuk ML mah Yanti. Tetapi kami masih sangsi untuk melakukannya. Perjanjian tetap perjanjian, kami tidak boleh ML berdua saja, harus bertiga. Sekarang kami lagi bingung memilih, cowo yang tepat untuk weekend ini.

Dikamar hotel, Yanti hanya memakai baju tidur dan tidak memakai pelindung didalam sama sekali.
"Dy.. mana upeti mu? udah 2 minggu nih.. udahlah, kita nggak usah sama cowo lain.." rengek Yanti.
"Sabar dong.. masih siang neh.. ntar malam kita ke disco deh, nyariin yang tepat buat lu"
"Nggak deh.. nggak bakal ketemu, tampang kita baek baek, mana ada yang ketarik.. sekarang aja deh, room boy juga nggak pa pa" ucap Yanti sambil meremas penisku yang masih kecil.

Tiba-tiba muncul ide gila gue.. diem-diem gue SMS ke Wilsen"Sen.. datang ke hotel xx kamar 703, gue ada kejutan buat loe, dalam 30 min harus nyampe loe".
Gue nggak gitu yakin ide ini bagus, Yanti emang senang tiap kali gue bilang Wilsen syur mah dia, dan sering onani bayangin dia. Gue juga nggak tau apa Yanti mau mah Wilsen, tapi gue cuek aja, ada sensasi sih, lihatin cewe gue di fuck mah teman gue yang udah kebelet amat mah Yanti. He he he Jahil emang.

Membayangkan beauty and the beast bakal bercinta, penis gue tiba-tiba bereaksi, walau belum keras penuh, langsung gue tindih tubuh Yanti, tanpa basa basi, gue singkap daster bawah Yanti, dan segera gue masukkan batang kemaluan gue.
"Agghh Gila loe ya.. sakit tau.. jangan ahh" jerit Yanti
"Diem aja loe.. gua nggak tahan lagi.." ucapku sambil menarik keluar penisku dan menghunjamkannya lagi.

Vag Yanti emang dahsyat, baru begitu saja udah langsung ready to fuck, cairannya sudah keluar, gue dengan bernafsu membayangkan sebentar lagi Yanti akan merasakan penis yang ketiga dalam hidupnya. Yanti menjerit-jerit nikmat, pada saat itu gue nggak sadar lagi, berbareng rasa cemburu dan sensasi yang begitu dahsyat, gue kocok dengan dahsyatnya dengan kasar dan liar, tiba-tiba gue tampar wajah Yanti..
"Anjing lu.. pelacur.. elo pengen kontol..? huh? pengen berapa kontol? murahan!" maki ku sambil menampar wajahnya lagi..

Yanti hendak membalas menampar wajahku, dengan sigap gue tangkap kedua tangannya, dan tetap menghajar kasar vagina nya, gue nggak peduli dia adalah orang yang kucintai, saat ini gue cuman menganggap dia pelacur! Yanti tidak berdaya dibawah gue, matanya liar menatapku, tangannya kucengkeram kuat, tiba-tiba gue pencet mulutnya sampe terbuka, phuii.. gue ludahin mulutnya.. gue teteskan ludah gue ke dalam mulutnya.. Perlakuan kasar gue ini rupanya membuat Yanti seperti orang kesurupan, dia dengan ganas menggoyang pinggulnya dan mencakar punggungku. Kami bercinta seperti orang gila.

Tiba-tiba.."Ding.. Dong..", bel berbunyi.. kami terdiam.. gue tau itu aryo yang datang, Yanti masih bingung.. antara kesal karena nafsunya yang lagi tanggung dan heran, siang-siang gini siapa yang datang?
"Elo tenang aja, baring aja.. jangan tutup vag loe.. gue liat bentar siapa yang datang.. ingat jangan tutup vag loe.. biarkan terbuka.. pelacur murahan.." canda ku.. Yanti cuman meringis..
Begitu pintu terbuka, gue bisikkan ke Wilsen"Sen, Yanti lagi terbaring, nafsunya lagi tinggi.. gue kasi kesempatan sekali seumur hidup buat loe.."
"Heh? anjing loe? yang bener? gue bole.." ucap Wilsen yang masih bingung.
"Nggak mau loe? ini cuman sekali seumur hidup loe.. tapi ingat.. ini cuman sex, dan cuman diantara kita aja, ini cuman sekali saja!"

Wilsen tidak dapat menyembunyikan rasa gugupnya.. dia gemetar seperti orang kedinginan. Gue tutup pintu kamar, terdengar suara Yanti"Siapa sayy? cepat kemari dong.. vag gue dah terbuka lebar neh.."
Wilsen hampir pingsan mendengar itu.. dia nggak berani bersuara.. tangannya yang satu menopang ke dinding, takut jatuh kali dia. Tidak lama kemudian, gue mah Wilsen dah muncul didepan Yanti..

Senyap.. sunyi.. kita bertiga terdiam.. saling memandang.. kemudian dengan kecepatan 1/1000 detik, Yanti menyambar selimut menutupi badannya..
"Dy.. GILA LOE YAA" jerit Yanti agak histeris.
Wilsen langsung pucat wajahnya.. jakunnya turun naik..
"Eh.. gue cabut dulu deh.." masih dalam keadaan gemetar yang amat sangat.
"Huahahaha.. jangan dong Sen.., Yan.. ini Wilsen udah lama pengen nyobain loe.. loe kasi dia pengalaman sekali seumur hidup deh.." ucapku enteng sambil melangkah duduk di sofa. Wilsen masih tetap di posisinya, sangat teguh, seolah kakinya terpatri dilantai.
Nafasnya ngos-ngosan.. menderu-deru bak angin topan.. nafsunya sudah di ubun-ubun..

Gue tarik Yanti keluar dari selimut.. Yanti masih tetap menutup wajahnya dengan kedua tangannya..
Perlahan gue bisikkan ke Yanti"Tenang aja say.. apa loe nggak merasa sensasi yang dahsyat, loe fuck mah orang yang dah lama jadi pengagum loe, yang tiap hari onani dengan ngebayangin loe? elo bakal membuat dia merasakan peristiwa terhebat dalam hidupnya.. mani nya bakal muncrat di tubuh loe.. waktu itu, dia seolah nggak percaya.."
Berhasil! Yanti cukup terangsang dengan kata-kata mautku tadi.. perlahan dia melepaskan tangannya.. dan memandang Wilsen yang masih gemetar.. tiba-tiba Yanti ketawa..
"Ha ha ha.. Sen kok gemetar gitu? oke deh.. relax aja.." ucap Yanti, namun gemetarnya Wilsen tetap nggak berkurang.

Gue ambil inisiatif untuk mencairkan suasana. Gue lepaskan handuk yang membungkus penis gue, penis gue yang lemes segera menggantung keluar.. gue tarik Yanti untuk duduk di pinggir tempat tidur, gue arahkan penis gue yang masih lemes ke mulutnya.. agak ragu.. Yanti membuka mulutnya, dan menerima penisku masuk ke mulutnya.. dihisapnya perlahan.. disedot-sedotnya.. hmm nikmat sekali.. sesekali gue lihat Yanti sambil menghisap penis gue, sambil melirik ke arah Wilsen.. gue tau ini saatnya..

Gue cabut penis gue dari mulut Yanti.. gue tarik Wilsen ke posisi gue.. wajah Yanti tepat di depat kemaluan Wilsen yang masih terbungkus rapi. Mereka secara bergantian menatap wajah gue yang senyum-senyum aja.
"Yan.. elo tau nggak.. gue tuh dah lama menghayalkan ada peristiwa seperti ini.." ucap Wilsen sambil gemetaran.
Yanti masih tetap diam, hanya memandang lurus ke arah kemaluan Wilsen yang terbungkus jeansnya. Wilsen berdiri tepat didepan Yanti yang duduk di pinggir tempat tidur.
"Emang loe.. sering hayalin apa ttg gue?" jawab Yanti tiba-tiba.
"Andy sering cerita kemampuan loe yang dahsyat dalam bercinta, hisapan mulut loe, gue pengen coba.."
"Ok deh.. gue wujudkan hayalan loe sekarang.. tapi ada syaratnya.. elo nggak bole menyentuh gue sebelom gue suruh.. elo diam aja.. nikmatin aja.. setuju?"
"Hah? kok.. ok deh.." ucap Wilsen bingung..

Gue duduk di tempat tidur menyaksikan pemandangan yang spektakuler.. Yanti duduk dipinggir tempat tidur.. dengan wajah yang berjarak 15cm dari kemaluan Wilsen yang masih terbungkus.. Wilsen berdiri dihadapan Yanti. Gue sangat terangsang melihat posisi awal ini.. dimana sebentar lagi.. Yanti pacarku, akan memberikan kenikmatan yang dahsyat kepada laki-laki lain. Perlahan terlihat tangan kanan Yanti terangkat, menyentuh kemaluan Wilsen dari luar celananya..
"Dah keras ya? cepat amat?" sindir Yanti..
Wilsen cuma diam aja.. dan tetap gemetar.

Yanti mengelus-elus lembut kemaluan Wilsen dari luar.. meremasnya perlahan.. wajah Wilsen merah padam, sementara Yanti sudah dapat mengontrol dirinya.. Yanti sangat relax.. nafasnya agak memburu, merasakan sensasi yang hebat, mungkin dia menyadari sebentar lagi dia akan memuaskan penggemarnya. Dengan perlahan.. sangat perlahan Yanti menurunkan ritslueting jeans Wilsen.. membuka kancing jeansnya.. dan dengan gerakan sangat perlahan, jeans Wilsen jatuh ke lantai. Suasana sangat senyap, yang terdengar hanya deru nafas Wilsen.. Yanti memainkan telunjuknya di kemaluan Wilsen yang masih terbungkus CD..

"Sudah sangat keras.. Sen.. elo mau muncrat di mulut gue ato di vag gue..?" ucap Yanti dengan suara yang serak namun seksi, terasa suara Yanti yang berat, tandanya dia juga nggak kuat menahan sensasi.. Yanti tetap mengelus-elus kemaluan Wilsen sambil menatap sexy mata Wilsen.. Wilsen cuma diam.. seolah tidak berani bernafas.. dia tidak menjawab pertanyaan Yanti..
"Elo mau nggak.. kontol lu ini.. gue masukkin di mulut gue? hmm?" goda Yanti.. sambil tetap menatap Wilsen.. dan tangannya tetap mengelus-elus kemaluan Wilsen.
"Mau nggak.. gue hisap? gue sedot-sedot didalam mulut gue?" goda Yanti dengan nakalnya.

Terlihat Wilsen sangat gemetar mendengar kata-kata Yanti.. Gue jadi yakin bener.. spermanya tuan Wilsen ini sudah mau muncrat akibat sensasi ini. Tiba-tiba.. Yanti mendekatkan wajahnya dikemaluan Wilsen.. walau masih terbungkus Cd, hembusan nafas Yanti mengelitik kemaluannya.. Yanti menjulurkan lidahnya.. menyentuh kepala penis Wilsen.. secara tidak diduga.. Yanti dengan agak ganas.. melumat-lumat batang kemaluan Wilsen dari luar.. Wilsen mengerang hebat.

Yanti menghentikan kegiatannya.. memandang lurus hasil perbuatannya.. Penis Wilsen terbayang jelas, tercetak jelas dari luar CD nya yang telah basah kuyup oleh ludah Yanti.. hmm tidak terlalu besar.. kepunyaan ku lebih besar. Gue yakin pada saat itu, Yanti juga berpikiran sama..
"Gimana Sen? enak nggak? mau rasakan langsung kontol loe ini masuk dimulut gue? merasakan hisapan gue.. hangatnya berada didalam mulut gue?" goda Yanti lagi.
Wilsen cuman mengangguk.. seperti memohon dengan sangat..

Yanti, menurunkan CD Wilsen.. wow.. sekarang Wilsen terbuka polos dibagian bawah.. gila.. kemaluannya tegak keatas, keras.. walau tidak besar, namun urat-uratnya menonjol semua.. rambut kemaluannya lebat.. sangat lebat.. menimbulkan aroma yang khas.. aroma kejantanan pria. Yanti, untuk pertama kalinya merasakan aroma kemaluan pria selain kepunyaan ku, menimbulkan sensasi yang meledak didadanya..

Wilsen belum sunat, walau sudah tegang penuh, masih ada sedikit kulit yang menutupi kepala penisnya.. Yanti mengambil inisiatif, dengan tangan kanannya.. Yanti menyentuh ujung kemaluan Wilsen yang langsung gemetar hebat.. Perlahan-lahan.. Yanti menarik turun kulit yang menyelimuti kepala penis Wilsen.. Yanti tersenyum nakal, melirik ke arah gue yang juga sedang menahan nafas menyaksikan ini semua..
Yanti dengan posisi setengah jongkok diatas tempat tidur.. perlahan-lahan.. sangat pelan.. membuka mulutnya.. menghembuskan nafasnya dari mulut.. menerpa ujung kemaluan Wilsen, dan didetik yang lain.. seluruh kemaluan Wilsen telah amblas di mulut pacarku tercinta, Yanti..
"Agghh.." cuma itu yang terdengar dari mulut Wilsen..

Sementara itu.. kemaluan Wilsen tetap terbenam dimulut Yanti.. Yanti tidak bergerak.. hanya membiarkan kemaluan Wilsen bersarang di dalam mulutnya.. Hebat Yanti ini, dia tau cara membuat orang kesurupan dan tergila-gila.. Yanti mulai mengetatkan otot mulutnya.. namun tetap tidak bergerak.. dia merasakan sensasi mengulum kemaluan pria lain selain pacarnya.. dia merasakan dengan jelas.. kedutan-kedutan.. denyutan yang kencang yang berasal dari kemaluan Wilsen.. dia ingin merasakan sensasi ini lebih lama.. Tapi perbuatannya ini membuat 2 orang pria yang disekitarnya menahan nafas, menahan gejolak nafsu.. bertanya-tanya.. apa yang akan diperbuatnya setelah ini..

Setelah puas merasakan denyut-denyut kemaluan Wilsen.. Yanti mulai mengerakkan mulutnya dikemaluan Wilsen.. menarik dan menghisapnya.. dengan perlahan.. seolah mau menarik mulutnya.. tapi dengan tiba-tiba membenamkannya lagi.. menghisap dan menyedot kuat.. didalam mulut Yanti kemaluan Wilsen digelitik oleh lidah liar Yanti.. Yanti sekarang sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi.. dia bener-bener menikmati kemaluan orang lain.. sensasi yang dahsyat..

Tiba-tiba Yanti meludahi ujung kemaluan Wilsen.. dan melumurinya disepanjang batang kemaluan Wilsen.. Yanti mulai mengocok batang Wilsen dengan tangannya.. perlahan.. cepat.. perlahan lagi.. sambil sesekali menjilat ujung kemaluan Wilsen.. Tanpa disadarinya.. Yanti ikut mengerang.. bercampur dengan erangan Wilsen.. Wah mereka bener-bener menikmati sensasi ini..

Pembaca.. sungguh sangat menggairahkan suasana saat itu.. erangan mereka berdua.. hmm.. tanpa sadar.. tanganku ikut bermain di kemaluanku yang menjadi keras..
"Yan.. ahh.. plzz.. stop Yan.. gue nggak tahan.. gue dah mau keluar.. plzz.. ugghh.. jangan.." mohon Wilsen yang sperma nya sudah di ujung-ujung..
"Hmm.. ehmm.. nikmati aja.." sahut Yanti singkat.. tanpa memperdulikan Wilsen yang sudah mau keluar..
"Jangan.. gue masih belum menghunjamkan kontol gue di Vag loe.. belum merasakan jepitan dan pijatan vag loe.. jangan.. uhh" ceracau Wilsen yang tidak begitu yakin apakah harus menghentikan kenikmatan ini..

Yanti menjerit-jerit kecil.. sambil mengocok kemaluan Wilsen dengan cepatnya tanpa belas kasihan.. gue nggak mengerti.. napa Yanti tidak menghentikan kocokannya.. Yahh.. mungkin dia ingin pamer kemampuannya..
"Enak..? enak bangsat.. ini yang loe mau khan? loe mau ini khan? elo dah lama inginkan ini kan? bangsat loe.. napa mau berhenti.. keluarkan.. cepat keluarkan.. gue izinin loe keluar.. muncrat dimulut gue.. didada gue.. cepat.." erang Yanti..

Wilsen menjerit keras.. dia tidak dapat membendung lagi arus spermanya.. diremasnya rambut Yanti..

"AAGGHH.. AANJING LOOEE.. Pelacurr.." jerit Wilsen.. tepat saat itu.. Yanti merasakan kedutan yang dahsyat ditangannya yang sedang mengocok kemaluan Wilsen.. dan sedetik kemudian.. terdengar teriakan 3 orang.. Wilsen.. Yanti.. dan Gue..
Wilsen muncrat dengan dahsyatnya di mulut Yanti yang sedang menjilat kepala penis Wilsen.. muncrat terus.. seolah tidak habis-habisnya.. muncrat ke wajah Yanti.. lehernya.. dadanya.. yang terbuka sebagian.. sangat kental pembaca.. kental dan banyak.. inilah akibat menahan sensasi yang sudah lama dipendam..

Penis Wilsen mengecil secara perlahan ditangan Yanti.. yang masih menggenggam kemaluan Wilsen.. pemandangan yang sangat spektakuler.. Yanti dengan wajah yang tidak percaya.. Wilsen juga.. gue juga.. Yanti dengan tangan berlepotan sperma.. dan masih menggenggam kemaluan Wilsen yang menciut.. Wajah.. mulut.. leher dan dada Yanti berlepotan sperma Wilsen..

Kita bertiga terdiam lama.. Wilsen terjatuh baring ditempat tidur dengan sperma yang berlepotan.. Yanti.. yang sedang termangu dan perlahan membersihkan dirinya dengan handuk.. gue.. yang terduduk ditempat tidur.. dengan tangan masih menggenggam kemaluan gue..

Perlahan.. dan tidak terduga.. Yanti perlahan-lahan.. membuka bajunya.. Yanti telanjang.. dengan dada yang montok.. padat.. putingnya yang kecil.. pantatnya yang sekal.. berdiri seolah ingin memamerkan tubuhnya.. rambut kemaluannya yang tipis menggoda.. Oh.. jangankan Wilsen.. gue aja yang sudah sering melihat tubuhnya.. kali ini merasa sangat berdebar.. Yanti telanjang didepan 2 orang cowo.. dengan body language yang hebat.. merangsang.. dengan tatapan matanya yang redup, nanar, dan liar..

Tiba-tiba.. dengan tidak diduga oleh kami 2 orang cowo.. Yanti mengambil posisi membelakangi kami.. dan menekukkan lututnya diatas sofa.. Yanti menungging.. tangannya memegang kepala sofa.. lututnya diatas sofa.. kaki nya terkangkang lebar.. Uhh.. pantatnya yang sexy terlihat.. dan yang paling spektakuler.. celah vaginanya terbuka lebar menghadap kami..

Sungguh kejutan yang dahsyat.. gue sendiri tidak menyangka Yanti akan mengambil posisi seperti itu..
Yanti seolah-olah hendak berkata, "Inilah liang ku.. siapa yang ingin merasakan jepitannya.. inilah liangku.. siapa yang akan menumpahkan spermanya didalam ini..?"
Wilsen yang baru meraih kenikmatannya.. langsung mangambil posisi duduk.. memandang ke arah Yanti.. seolah ingin berkata, "Bangsat.. sengaja ya.. mau mempermainkan gue.. godain gue.. siaall" tentu saja sial.. spermanya baru keluar.. tentu nggak bisa lagi sekarang menikmati tubuh Yanti.. hehe sekarang giliran gue..

Gue menghampiri Yanti yang sedang pamer di sofa.. gue hampiri dari belakang.. penis gue yang sudah tegang.. gue arahkan diliangnya.. Yanti tidak berbalik melihat siapa yang sedang menempelkan penisnya.. Dengan sekali hentakan.. masuklah seluruh batang kemaluan ku didalam vag Yanti.. Yanti menjerit kecil.. kepalanya terdongak.. gue jambak rambutnya.. sambil shake penis gue didalam vag Yanti yang jauh lebih kesat daripada tadi.. maybe nafsunya udah dipuncak..

Erangan kami.. desahan nafas kami bersatu.. menimbulkan sensasi bagi yang mendengarnya.. sejenak gue melirik kearah Wilsen.. yang sibuk seolah menyuruh kemaluannya tegang kembali.. hahaha kasian banget dia.. lagi enak-enaknya tiba-tiba Yanti bergerak menjauh.. sehingga kemaluanku tercabut dari vaginanya.. gue jadi penasaran.. napa lagi nih anak.. Rupanya Yanti bergerak menuju tempat tidur, dimana Wilsen masih terbaring.. dia jalan begitu aja melewatiku.. seolah tidak perduli denganku yang lagi heran..

Dia segera menghampiri Wilsen yang tidak kalah bingungnya.. tiba-tiba Yanti mengangkangi wajah dada Wilsen.. Yanti mengesek-gesekkan Vaginanya yang basah kuyup di dada Wilsen.. Wilsen gelagapan.. terkejut.. karena dada nya digesek oleh vagina yang selama ini dia impikan.. dan sekarang vagina itu tepat berada didepan wajahnya.. Yanti segera mengangkangi wajah Wilsen.. membenamkan vaginanya di wajah Wilsen.. Gue cuman terlongo melihat binalnya pacarku ini.. Yanti seolah tidak perduli bahwa dibawahnya itu adalah Wilsen.. dia terus membenam2kan vaginanya di wajah Wilsen.. tanpa memperdulikan.. apa Wilsen dibawah itu bisa mati kehabisan nafas ato nggak.. Puas dengan itu, Yanti menarik tangan Wilsen.. dan menyentuhkannya didadanya.. Wilsen hanya terbuka mulutnya merasakan sensasi ini.. tapi usaha Yanti berhasil sepertinya.. terlihat batang kemaluan Wilsen mulai berubah bentuk.. walau tidak penuh..

Kemudian.. Yanti meraih tangan Wilsen yang satunya lagi.. dan mengarahkan tangan itu memasuki liang kemaluannya.. Jleb.. 2 jari Wilsen terbenam.. Yanti menjerit kecil.. sambil tersenyum..
"Gimana sen..? hmm? gimana.. elo sanggup lagi?"
Wilsen belum sempat menjawab.. tiba-tiba Yanti sudah berada diantara selangkangan Wilsen.. kembali menghisap-hisap kemaluan Wilsen.. yang menjadi tegang.. Dikocoknya dengan cepat.. dan berseni..

Yanti segera menduduki kemaluan Wilsen.. pas diatasnya.. diduduki oleh pelacurku ini.. Sungguh nakal.. Yanti tidak segera memasukkan penis Wilsen di liangnya.. melainkan hanya menggeseknya saja..
"Ampuunn.. Yan.. kasih gue rasakan didalam vag loe Yan.. plzz.." mohon Wilsen..
"Nikmati aja bangsat.. diam aja loe.. nikmatin aja.. kalo lu banyak bicara.. gue cabut ntar.." erang Yanti yang sedang menikmati sensasi memegang kendali..

Merasa sudah cukup puas menyiksa Wilsen.. Yanti mengangkat pantatnya sedikit.. meraih penis Wilsen yang sudah cukup tegang.. Yanti meletakkan tepat dibibir vag. nya.. perlahan.. Yanti menurunkan Pantatnya.. kepala penis Wilsen melesak sedikit menyeruak masuk membelah liang Yanti.. Keduanya menjerit.. Yanti langsung mencabutnya.. mengeseknya lagi.. melesakkannya sedikit lagi.. Wilsen seperti orang kesetanan.. mulutnya menceracau tidak jelas.. Yanti dengan tenang.. mengarahkannya lagi.. dan dengan tiba-tiba..
"Aagghh.. shitt", Yanti menjerit.. begitu seluruh batang kemaluan Wilsen terbenam didalam vag. nya..
"Yann.. gilaa.. ketat banget.. uhh.. sempit.. hangatt.. gue.. aahh.." tidak jelas ucapan Wilsen.

Yanti seperti orang kesetanan.. seolah tidak perduli pada pasangannya dibawah.. Yanti bergerak sangat cepat.. mengocok vag nya sendiri dengan penis Wilsen.. kelihatannya Yanti tidak perduli apa yang dirasakan Wilsen.. Yanti sekarang sangat liar.. Yanti hanya mencari kenikmatan untuk dirinya.. Wilsen segera mengambil inisiatif.. mulai meremas dada Yanti.. untuk mengalihkan perhatiannya pada orgasme.. Wilsen merasa sedikit direndahkan.. semula dia yang ingin memperbudak Yantiku.. sekarang dia yang diperbudak oleh Yantiku.. Yanti tidak berhenti sekejappun.. terus mengocok vagnya.. menjerit-jerit.. meremas dadanya sendiri.. Gue nggak tahan melihat ini semua.. gue hampiri mereka.. gue jejalkan kemaluan gue dimulut Yanti.. yang dengan antusias dihisap oleh Yanti..

Tiba-tiba.. Wilsen mendorong tubuh Yanti.. Yanti terbaring ditempat tidur.. Wilsen langsung menjejalkan kemaluannya di vag Yanti.. dan memompanya.. sambil meremas-remas dada Yanti..
"Yan.. uuhh.. Yann.. gila banget.. vag lu.. ugghh" ceracau Wilsen
"Bangsat lo.. kentot gue.. puaskan gue.. bangsat loe.." jerit Yanti..
Gue segera membenamkan penis gue di mulut Yanti.. gilaa.. enak bangett.. Gue mau keluar.. shitt..

Pada saat itu.. Wilsen.. mengerang hebat.. meremas dada Yanti dengan kuat..
"YAAN.. gue mau.. aarrhh" belum sempat dia menyelesaikan perkataannya.. tubuhnya mengejang hebat.. tersentak-sentak.. mengeluarkan maninya didalam liang Yantiku..
Yanti menjerit kuat.. merasakan semprotan Sperma Wilsen didalam liangnya.. Saat itu gue udah hampir keluar juga.. segera gue dorong Wilsen.. dan tanpa basa basi.. gue hunjamkan cepat kemaluan gue didalam Vag Yanti.. yang masih berlepotan Sperma Wilsen..

tidak lama.. gue jadi orang kedua yang mengejang diatas tubuh Yanti.. jadi orang kedua yang merasakan kenikmatan berejakulasi didalam tubuh Yanti.. Teriakan kami bersatu.. Yanti merasakan sperma kedua yang menyemprot didalam liangnya.. dengan derasnya.. kita berteriak..

Kami bertiga terbaring lemas ditempat tidur.. dengan kemaluan masing-masing yang berlepotan sperma.. terlihat campuran sperma gue dan Wilsen keluar mengalir dari liang Yanti..
3 minggu berlalu semenjak peristiwa di hotel. Dalam 3 minggu ini, Wilsen menelepon lebih dari 5 kali, membujukku untuk mengulangi kejadian itu, akan tetapi komitmen tetap komitmen, sekali untuk satu orang.

Dalam 3 minggu ini, kita bercinta biasa-biasa aja, tidak melibatkan pihak ketiga.. namun sebelum memulai, kami sering mengulangi cerita kejadian di hotel dengan Wilsen, untuk membangkitkan gairah. Rupanya pembaca, waktu di hotel, tanpa sepengetahuan saya, ketika saya tidur pulas setelah pertempuran itu, Wilsen masih sempat-sempatnya "Menghajar" Yanti dikamar mandi sekali lagi, ketika Yanti sedang mandi.. Yahh.. walau tidak dalam keadaan penis yang sempurna..:)

Ketika malamnya, Wilsen akan pulang meninggalkan kami berdua, Wilsen masih tidak rela melepaskan Yantiku yang cantik ini, dia memohon-mohon ke Yanti dan ke gue untuk dioralkan oleh Yanti.. Yah.. terpaksa mulut Yanti berlepotan oleh sperma Wilsen untuk yang terakhir kalinya.

Pengalaman kali ini, saya tidak ikut serta, karena sewaktu kejadian ini terjadi, saya kebetulan sedang tugas ke luar kota.. berikut adalah yang diceritakan Yanti kepadaku setelah aku pulang ke kota M.

Yanti bekerja diperusahaan biro perjalanan (Travel Agency) yang cukup terkenal di kota M, sudah lama memang Yanti memberitahu aku bahwa, Bos nya Pak Wono sepertinya menaruh perhatian kepadanya yang agak berlebihan, kadang-kadang memberi bonus gaji yang jumlahnya mencapai 3x lipat gajinya, namun selalu dikembalikan oleh Yanti. Yantiku ini bukan orang yang sembarangan, bukan cewe murahan, dia hanya mau bercinta dengan aku pacarnya, atau dengan orang lain, namun dengan sepengetahuanku.

Pak Wono sering dengan terus terang mengajak Yanti untuk check in di hotel, walau penyampaiannya dengan gurauan, namun Yanti tau jelas, memang itu maunya.. Soalnya hampir semua cewe di travel itu pernah di"Pakai" oleh Pak Wono, hanya Yanti yang termasuk cantik yang masih belum dapat dinikmati oleh bandot tua ini. Bandot tua ini, berperawakan tinggi besar, gemuk, perut besar, yahh tampang Boss lah. Tetapi menurut teman Yanti yang pernah bercinta dengan Pak Wono ini, penis Pak Wono termasuk besar, walau jarang bisa keras 100%, namun ukuran panjang dan diameternya tergolong besar.

Singkatnya, suatu hari, aku sedang keluar kota selama 1 minggu, Yanti tetap bekerja seperti biasanya, tiba-tiba Yanti dipanggil ke dalam kantor Pak Wono,

"Yan, laporan keuangan bulan lalu, kok nggak diserahkan sama saya.." tanya Pak Wono
"Iya Pak, belum selesai, sedang dikerjakan oleh Jenny.. ntar saya suruh dia cepat.." ucap Yanti cepat.
Yanti gugup karena saat bertanya mata Pak Wono terus bersarang ke arah dada Yanti yang memang memakai baju agak turun dada kali ini, sehingga belahannya walau sedikit, tetap kelihatan.
"Oh ya.. beberapa hari ini, saya lihat, kamu pulang sendirian, mana pacar kamu?"
"Pacar saya lagi keluar kota Pak, lusa udah balik kok.." jawab Yanti
"Wahh.. tar malam, kamu sendiri donk?ini malam minggu khan? Apa kamu mau..?"
"Nggak deh Pak, saya ada janji mah teman ntar malam!" Yanti memotong ucapan Pak Wono.

Yanti segera keluar dari kantor Pak Wono, dengan wajah yang masam.. Waktu berlalu sampai saatnya pulang kerja.
Yanti berdiri di trotoar menunggu taxi.. tiba-tiba..
"Yan, naik.. saya antar kamu pulang.. diujung jalan macet, nggak ada taxy yang lewat, mana udah mulai hujan nih" tiba-tiba Pak Wono muncul tepat didepan Yanti, mengajak Yanti ikut.
"Ngg nggak deh Pak, saya dijemput kok.. lagian.." Belum selesai Yanti berkata, tiba-tiba Dhuaarr.. Hujan turun dengan derasnya.. tidak tanggung-tanggung..
"Cepat naik.. basah ntarr.." desak Pak Wono.

Mau tidak mau, Yanti terpaksa naik ke mobil Pak Wono.. Pak Wono cuma senyum-senyum, senyum kemenangan kali! Sepanjang jalan, mereka cuma diam.. diam.. dan diam..
"Yan.. kamu.." tiba-tiba Pak Wono membuka pembicaraan.
"Kamu kenapa sih, selalu ketus sama saya? Kamu tahu tidak, saya sudah sejak lama terobsesi sama kamu.." ucap Pak Wono terus terang.
"Bapak ini gimana sih.. saya ini kan seumur anak Bapak, lagian saya sudah punya pacar, terobsesi gimana? terobsesi punya anak seperti saya?" Sahut Yanti ringan..
Namun Yanti sendiri tahu dia sudah salah bicara, jelas ini suatu jawaban untuk semakin memberi bandot tua ini kesempatan.

"Ahh.. kamu ini, bukan gitu.. terus terang aja yah.. Yanti.. Bapak pengen bercinta sama kamu.. dan cuma kita berdua yang tahu.. Bapak janji deh.. trus Bapak tahu Yanti bukan tipe cewe yang bisa dibayar, jadi Bapak cuma minta kemurahan hati kamu.. melayani Bapak, mewujudkan obsesi Bapak.."
"Terus terang Yan, Bapak kalau lagi bercinta sama perempuan lain, selalu membayangkan kamu.. jadi tolong Bapak deh, sekali ini saja.." Mohon Pak Wono, yang terus terang saja.. perkataan Pak Wono cukup membakar gairah Yanti..
"Sialan nih bandot, kata-katanya buat gue tersanjung.. gue jadi bergairah.. jangan-jangan vagina gue dah basah neh.. tapi nggak ah.. biar gimana pun nggak boleh selingkuh.." Pikir Yanti dalam hati.
"Nggak deh Pak, nggak bisa.. bener nggak bisa.." jawab Yanti.
"Kenapa.. kan cuma kita yang tahu.." desak Pak Wono.
"Nggak Pak.. nggak bisa.. pokoknya nggak bisa..!" Tegas Yanti.
"OK deh.. kalau gitu Bapak minta dikasih lihat dada Yanti aja deh.. Dada kamu sangat bagus.." desak Pak Wono lagi.
"Tidak Pak.. tidak bisa.. saya bukan perempuan seperti itu.. OK deh.. Bapak turunkan saya sekarang.." ucap Yanti yang tidak menyadari Pak Wono sudah membawa mobilnya ke suatu lokasi perumahan yang sedang dibangun, dan sangat sunyi.

Tiba-tiba Pak Wono berhenti, dan Clik.. central Lock.. Yanti terperangkap didalam mobil! Suasana sangat sunyi.. Yanti terdiam, Pak Wono diam, langit sudah gelap.. jalanan sangat sepi.. ditambah hujan sangat deras..
"Bapak.. mau apa?" ucap Yanti agak gemetar..
"Kamu mau turun kan? Coba aja kamu turun sendiri.." ejek Pak Wono yang tahu pasti Yanti tidak berani turun.

Tiba-tiba dengan sangat tenang.. Pak Wono memundurkan Jok Kursinya ke belakang.. dengan sangat tenang, Pak Wono membuka sedikit kaca mobil, mengambil rokoknya sebatang, menyalakannya, dan menghisapnya dalam.. Yanti kebingungan dibuatnya.. Tiba-tiba.. Pak Wono membuka ritslueting celananya, tanpa basa basi langsung mengeluarkan penisnya! Penisnya yang masih lemas, terbaring lemas diluar celananya.. Pak Wono membuang rokoknya..
"Pak.. kamu jangan macam-macam.. saya nggak mau.." ucap Yanti gemetar.
"Tenang aja.. Bapak nggak maksa kamu kok.." jawab Pak Wono enteng.

Ternyata Pak Wono, secara tidak terduga.. mulai mengelus-elus batang kemaluannya sendiri.. Yanti terkejut melihatnya.. sekilas jelas terlihat oleh Yanti batang Pak Wono yang masih lemas, namum memang berukuran jumbo..
"Glekk.. belum tegang aja udah segitu.. gimana kalo tegang ya.." ucap Yanti dalam hati.. yang mulai terbawa suasana..

Sementara itu Pak Wono seperti tidak memperdulikan Yanti yang disampingnya, Pak Wono sibuk mengelus, meremas, dan mengocok kemaluannya sendiri, dan mendesah-desah sendirian.. Suasana dalam mobil mulai panas, Yanti sebenarnya sudah terangsang oleh keadaan ini, dia merasakan vaginanya mulai mengeluarkan cairan.. tapi Yanti tetap menjaga imagenya dengan bersikap tenang.. seolah tidak terpengaruh dengan apa yang sedang dikerjakan Pak Wono. Pak Wono semakin liar, suaranya semakin keras, Yanti melirik ke arah Pak Wono.. yang dengan cepat mengocok penisnya..

"Shiitt.. gilaa.. gede amat.. udah tegang tuh.." ucap Yanti dalam hati, yang sekarang bener-bener ikut terangsang.
Yanti menyadari andai Pak Wono sedikit saja memaksanya sekarang, dia pasti melayani Pak Wono.. Yanti berkali-kali melirik kearah kemaluan Pak Wono yang sudah membengkak, urat-uratnya jelas terlihat, kepala penisnya yang merah dan besar.. Yanti terangsang..

"Agghh Yan.. tolong saya Yan.. Saya sudah hampir.. Yann" erang Pak Wono..
Sedetik kemudian dengan gerakan yang sangat cepat.. Pak Wono menarik tangan Yanti.. dengan cepat sekarang entah bagaimana, Yanti sedang menggenggam kemaluan Pak Wono yang hampir meledak. Jelas terasa kedutan-kedutan, denyutan yang cepat..
"Plzz.. Yann.. bantu saya.. saya pengen keluar ditangan kamu.. plzz.. aahh" erang Pak Wono..

Yanti yang sudah terbakar nafsunya.. dan memang sudah pengen.. mulai menggerakkan tangannya perlahan mulai mengocok kemaluan Pak Wono..
"Aduuhh.. Yan.. thx.. saya sudah duga kamu mau.. kocok Yan.. cepatt.. Yann.. Bapak sudah mau keluar.." Kembali Pak Wono mengerang.

Yanti tidak dapat lagi membendung arus nafsunya.. dia sudah sangat terangsang sekarang, begitu tangannya merasakan denyutan kemaluan Pak Wono, nafsunya sudah tidak terbendung lagi.. tanpa diperintah.. Yanti dengan cepat dan tidak terduga, membungkuk, dan memasukkan penis Pak Wono ke mulutnya.. Yanti mengoral Pak Wono!
"Agghh.. apa yang kamu lakukan.. kamu menghisap kontolku.. aarrhh iya.. teruss.. Yan.. aarrhh" jerit Pak Wono yang shock dengan apa yang dilakukan Yanti.
"Hmm.. hmm" Terdengar gumam Yanti yang sedang menghisap-hisap kemaluan Pak Wono.

Yanti tidak tahu kenapa dia senekat ini, namun membayangkan seorang pengagumnya berejakulasi gara-gara dirinya.. gairah Yanti meledak-ledak. Dengan ganas Yanti menyedot kemaluan Pak Wono yang sampai sekarang belum percaya pada apa yang dialaminya.. Yanti menjilati seluruh batang kemaluan Pak Wono, Yanti baru kali ini menemukan batang kemaluan yang begini besarnya.. memang harus diakui, batang kemaluan Pak Wono besar, namun tidak terlalu keras, Yanti tanpa sadar sedang mengocok batang Pak Wono, sementara mulutnya menjilat dan mengulum buah pelir Pak Wono..

"Yaann.. saya.. aahh sudah.. aahh stop Yan.. saya sudah mau keluar.. stop.. saya tidak mau berakhir.." erang Pak Wono..
Yanti tiba-tiba juga merasa, tidak mau berakhir secepat ini, dia masih ingin mempermainkan Pak Wono yang memiliki batang gede, Yanti masih mau membuat Pak Wono merasakan kenikmatan bersamanya, membuat Pak Wono tidak bisa melupakan kenikmatan berejakulasi yang dibantu oleh Yanti..
"Pak Wono.. enak..? Mau yang lebih enak..? Gue buat Pak Wono enak mau nggak.." ceracau Yanti disela-sela kesibukannya menjilat testis Pak Wono, dimana kocokannya diperlambat, untuk mencegah Pak Wono ejakulasi..
"Aahh.. mau Yan.. plzz.. puasin saya.."
"Baiklah.. tapi ini cuma sekali seumur hidup ya.. Bapak cuman merasakan yang seperti sekarang ini dengan saya, hanya sekali.. itu komitmen.. dan saya mau 10 juta.. bersedia..?" ucap Yanti tiba-tiba sambil mengocok cepat batang Pak Wono..
"Lonte kamu.. ahh.. pelacurr.. kamu mau dibayarr.. aahrr" Pak Wono belum sempat menyelesaikan perkataannya, karena Yanti dengan kuatnya menyedot kepala kemaluan Pak Wono..
"Mau enak nggaak.. mau yang lebih enak nggak..? Mau muncrat di dalam vagina gue nggak?" jerit Yanti di tengah kesibukannya..

Pak Wono, sudah pasrah.. dia cuma mengangguk-angguk.. Yanti langsung mengocok kuat dan cepat batang kemaluan Pak Wono yang sudah mememerah.. terasa dengan cepat sangat denyutan-denyutan dan kedutan di sepanjang batang Pak Wono, Yanti mengetahui sebentar lagi Pak Wono akan ejakulasi.. Tepat.. sedetik setelah cairan pertama keluar dari ujung kemaluan Pak Wono.. Yanti tidak menghentikan kocokannya..
"STooPP.. aarrhh Bapak keluaarr" Teriak Pak Wono..

Saat itu, dengan sigapnya.. Yanti menghentikan kocokannya.. dan segera menekan keras tepat di pangkal batang kemaluan Pak Wono, diatas anus.. ditekan kuat oleh Yanti..
"ARRHH.. aahh.. apa yang kamu lakukaann.." jerit Pak Wono, yang sedang mengalami orgasme.. namun tidak berejakulasi.. tidak menyemprotkan maninya..
"Gilaa.. gila kamuu.." desah Pak Wono yang menikmati orgasmenya yang aneh.. Yanti cuma tersenyum saja.. melihat Pak Wono kebingungan.., "Kemana maniku..?", pikir Pak Wono..
"Tenang Pak.. Bapak masih bisa kok.. ini trik multi orgasme namanya.. orgasme tanpa muncrat.. jadi Bapak masih bisa merasakan jepitan vaginaku sekarang.. masih mau Pak?" tanya Yanti.

Segera mereka pindah ke Jok belakang.. Yanti melepas CD nya, dan menarik roknya ke atas.. terpampanglah vagina Yanti, Pak Wono terbeliak melihat pemandangan itu. Yanti langsung menduduki kemaluan Pak Wono yang masih agak lemas akibat orgasme, tapi berkat trik yang dilakukan Yanti, walau sudah orgasme, Pak Wono belum kehilangan gairahnya..

Yanti terus menggesek batang kemaluan Pak Wono di bibir vaginanya.. sementara itu Pak Wono sedang berusaha untuk membuka baju Yanti, dan bra Yanti.. tidak lama usahanya berhasil, sangat kontras.. tangan Pak Wono yang besar itu, sekarang berada diatas dada Yanti yang putih, mulus, Pak Wono meremas-remas dengan bernafsu.. Yanti dengan sabar tetap menggesek batang kemaluan Pak Wono yang belum juga siap tempur..
"Aagghh bergesek begini saja sudah enak Yan.. apalagi masuk.." erang Pak Wono..
"Huh.. ini belum seberapa.. kalau Bapak punya kamampuan.. cepat selipkan batang Bapak di vagina saya.. cepat.." Pancing Yanti.. untuk membakar semangat Pak Wono.

Benar saja.. tidak seberapa lama kemudian, Yanti merasa perubahan di kemaluan yang sedang didudukinya itu.. mulai mengeras.. dan dengan perlahan.. perlahan.. mulai menyeruak masuk di liang vagina Yanti..
"Aahh.. masuk Pak.. masuk kepalanya .. enakk.. gede.. padat.. uugg" giliran Yanti yang mengerang nikmat..
"Itu belum seberapa Yan.. NIHH.." Belum selesai perkataan 'NIHH' itu, Pak Wono sudah menghunjam batang kemaluannya keatas.. dan akibatnya.. seluruh batang kemaluan Pak Wono tertelan masuk di dalam vagina Yanti.. JLEEBB..
"Aarrhh anjing looee.. anjing loo.. bandott.. aahh" Maki Yanti.
"Hugghh kesatt.. pelacurr.. vagina loe kesat bangett.." Balas Pak Wono.. mereka sudah melupakan bahwa mereka adalah atasan dan bawahan.. saling maki, saling jambak, saling pukul.. saling meraih kenikmatan..

Yanti belum terbiasa oleh kemaluan Pak Wono yang besar.. tidak bisa bergerak dengan leluasa, terasa sangat padat memenuhi vaginanya.. Pak Wono yang sudah berpengalaman mengambil alih permainan.. dengan menghunjam dalam dalam kemaluannya.. dalam ritme yang perlahan.. namun dalam.. ini membuat Yanti seperti orang kesurupan..
"Kocok cepatt.. bandott tuaa.. cepatt.." desak Yanti.
"Hugghh.. hhuugghh.." hanya itu yang terdengar dari mulut Pak Wono, yang tetap mempertahankan kecepatannya..

Yanti tidak bisa lagi.. tidak tahan.. Yanti memegang pundak Pak Wono.. segera mengenjot Pak Wono.. menaik turunkan pantatnya dengan cepat.. sebentar dangkal.. sebentar dalam..
"Yann.. aahh.. jangan begitu Yan.. mau keluaarrhh.. aahh" jerit Pak Wono yang tidak tahan diperlakukan seperti itu.
Spermanya sudah mulai berdesak-desak mau keluar.. Yanti sampai dapat merasakan kedutan denyutan penis Pak Wono di dalam vaginanya..
"Anjing gila.. bandot nggak tau untung.. enak loe.. ngentotin dan muda seperti gue.. huuhh.. bini loe bisa buat gini nggak.." desah Yanti sambil mempercepat goyangannya.. tanpa memperdulikan Pak Wono yang sudah mau ejakulasi..
"AArrhh.. nggak .. nggak.. belum pernah merasakan yang seperti ini.. kesatt.. saya.. saya.. sudah.. aarrhh"
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Pak Wono.. menumpahkan begitu banyaknya sperma yang sudah tertahan sedari tadi.. berkali-kali.. bertubi-tubi.. muncrat didalam vagina Yanti.. yang tersentak-sentak setiap merasakan sperma Pak Wono menyemprot..

Kedua manusia yang beda umur dan generasi itu berpelukan.. dengan nafas yang masih menderu-deru.. kemaluan Pak Wono masih terbenam di vagina Yanti.. terlihat.. dari sela-sela kemaluan Yanti.. terlihat.. sperma Pak Wono yang begitu banyak dan kental.. keluar.. mengalir keluar.. membasahi jok mobil.. terus turun ke lantai..

Gairah Yanti 4

Perkenalkan namaku Andy, dan panggilan akrabku adalah Andy juga. Aku berasal dari kota Malang (Jawa Timur), dan kedua orang tuaku masih tinggal disana. Umurku baru 25 tahun, dan saat ini sedang studi Master tahun terakhir di Melbourne - Australia. Sejak lulus SMU aku langsung kuliah S1 di Jakarta, dan sempat bekerja selama setahun di Jakarta setelah lulus S1. Aku mendapat sponsor dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan S2 di Australia. Aku memilih kota Melbourne karena banyak teman-temanku yang juga menetap di sana. Dipertengahan bulan November 2004 adalah awal dari liburan kuliah atau biasanya diAustralia seringnya disebut sebagai Summer Holiday atau liburan musim panas. Summer Holiday di Australia biasanya maksimal 3 bulan lamanya. Waktu itu adalah saat pertama kalinya aku pulang ke tanah air dari studi diluar negeri. Aku rindu sekali rasanya dengan makanan Indonesia, teman-temanku, dan kedua orang tuaku.

Waktu itu aku pulang dengan pesawat Singapore Airlines untuk tujuan akhir di Bandara Juanda, Surabaya. Aku sampai di Surabaya sekitar pukul 11 pagi, dan terlihat supir utusan ayahku sudah sejak jam 10 pagi menunggu dengan sabar kedatanganku. Ayah dan ibuku tidak menjemput waktu itu karena hari kedatanganku kebetulan tidak jatuh pada hari Sabtu atau Minggu, ditambah lagi dengan keadaan lalu lintas yang macet akibat banjir lumpur di kota Porong yang membuat mereka malas untuk ikut menjemputku dibandara.

Wajah supirku sudah tidak asing lagi bagiku, karena supirku itu sudah bekerja dengan ayah sejak aku masih berumur 5 tahun. Dia sudah aku anggap seperti paman aku sendiri. Aku sangat menghormatinya walaupun pekerjaannya hanya seorang supir.

Di Surabaya aku sempat mencari makan. Tempat favoritku tetap di restoran kwee tiau Apeng. Waktu itu restorannya sedang sepi, mungkin karena memang masih pagi. Biasanya kalau malam hari terutama kalau pas malam minggu, restorannya Apeng ini pasti penuh sekali, sampai perlu antri kalau kita mau makan disitu. Sehabis makan, aku minta agar supirku untuk langsung tancap gas pulang ke Malang. Badanku rasanya cape sekali, mungkin karena lelah akibat perjalanan yang panjang.

Di sepanjang perjalanan ke Malang, aku menghabiskan waktu mengobrol santai dengan supirku. Bahasa Jawa supirku masih terkesan medok sekali. Dulu waktu SMU, bahasa Jawaku juga lumayan medok gitu. Tapi pas sejak kuliah di Jakarta, aku jarang menggunakan bahasa Jawaku, sehingga akhirnya terkesan sedikit agak luntur. Cuma semua kata-kata Jawa yang terucap oleh supirku, aku mengerti 100%, hanya saja aku membalasnya dengan separuh Jawa & separuh bahasa Indonesia.

Kemacetan lalu lintas akibat banjir lumpur di kota Porong sempat menyita perjalanan pulang kami waktu itu. Jadi aku sampai dirumah di Malang sekitar pukul 4 sore. Pas sampai di gerbang rumah, supirku menekan klakson, memberi tau orang di dalam rumah untuk membuka pintu gerbang.
Tidak sampai 2 menit, pintu gerbang dibuka dan aku membuka jendela mobilku memberi sapaan hangat kepada bibiku. Bibiku yang satu ini juga sudah lama ikut dengan ayah dan ibu. Bibiku ini namanya Tutik, dia sudah berumur kurang lebih 50 tahunan. Bibi Tutik ini jago sekali memasak masakan Indonesia. Makanan bibi inilah yang paling aku rindukan selama aku kuliah di Jakarta dan Melbourne. Bahkan waktu itu, aku sudah membuat daftar panjang makanan-makanan untuk dimasakan oleh Bibi Tutik selama 3 bulan selama aku liburan.

Setelah bersalaman dan bercanda dengan Bibi Tutik, tiba-tiba aku lihat ada gadis muda keluar dari pintu rumah datang menghampiri aku & memberi salam kepadaku. Aku sempat bengong waktu itu. Aku benar-benar terpesona oleh wajah cantik gadis yang masih asing bagiku. Ternyata gadis muda ini adalah pembantu rumah yang baru, karena pembantu yang sebelumnya mengundurkan diri. Dia menikah dan pindah bersama suaminya. Kalau aku taksir, umur gadis ini paling baru sekitar 17 atau 18 tahunan. Setelah diperkenalkan oleh Bibi Tutik, aku tau kalau namanya Yanti.

Yanti berperawakan sedang, tingginya sekitar 158 cm. Kulitnya sawo matang. Matanya hitam dan lebar, samgat menawan hati. Rambutnya hitam sebahu. Besar payudaranya, aku rasa sekitar 34B. Pinggulnya mantap sekali dan kakinya bersih mulus tidak ada cacatnya. Wajahnya cantik berhidung mancung, bentuk bibirnya indah berwarna merah muda walaupun tanpa lipstik. Mungkin itu yang membuatnya terasa sangat unik bagiku. Bahkan aku sempat heran juga, bagaimana bisa, ibuku menemukan pembantu secantik ini.
Yanti membantuku membawa koper bagasiku masuk, dan menanyakan apakah ada cucian atau pakaian kotor yang akan dicuci. Sepertinya Yanti telah diberi info oleh ibuku bahwa aku biasanya selalu membawa pakaian kotor sewaktu pulang dari Jakarta dulu. Jadi tidak heran ibu bisa menduga bahwa aku pasti akan juga membawa baju kotor pulang dari Melbourne.
Aku unpack 2 koper dan memisah-misahkan pakaian kotor dengan pakaian bersih, dan juga menata rapi oleh-oleh dari Australia. Aku sudah menyiapkan semua suvenir-suvenir untuk ayah, ibu, bibi Tutik, supir ayah. Dan tentu saja oleh-oleh yang tadinya aku siapkan buat pembantu lama yang kini sudah tidak bekerja lagi, saya berikan pada Yanti. Ayah aku belikan topi cowboy dari kulit kangguru. Karena menurutku cocok untuk ayah, terutama kalau ayah sedang ke kebun apelnya. Ibu aku belikan kulit domba yang halus untuk hiasan lantai kamarnya. Supir ayah aku belikan korek api berlogokan kangguru dan kaos bergambarkan benua Australia. Sedangkan bibi Tutik dan Yanti, aku belikan 2 parfum lokal untuk setiap orang.
Yanti kelihatan senang banget diberi oleh-oleh parfum. Aku memang sengaja memilih parfum dengan botol yang unik, sehingga terlihat sedikit mahal.

Ayah dan ibu baru pulang dari kantor sekitar jam 6 sore. Malam itu bibi Tutik aku minta untuk memasak pete udang kecap favoritku. Aku melepas rindu pada ayah dan ibu. Kami bertiga ngobrol sampai larut malam sekitar kurang lebih sampai jam 11 malam. Kemudian aku pamitan pada ayah dan ibu untuk pergi tidur. Badanku cape sekali waktu itu. kalau tidak salah waktu itu aku sudah hampir 36 jam belum tidur. Aku tidak terbiasa tidur di dalam pesawat.

Sewaktu aku hendak menuju ke kamar tidurku, aku sempat berpas-pasan dengan Yanti. Melihat aku hendak berpas-pasan dengannya, Yanti langsung membungkukkan sedikit badannya sambil berjalan. Mata kami tidak saling memandang satu sama lain. Menurut tradisi kami, tidak sopan pembantu bertatap pandang dengan majikan saat berjalan berpas-pasan.

Malam itu, meskipun badan letih, aku masih belum langsung tidur. Aku sedang melihat-lihat photo-photoku dan teman-teman di Melbourne di handphoneku. Aku sempat kangen juga dengan Melbourne. Aku juga sempat berpikir mengenai Yanti, dan penasaran sekali bagaimana ibu bisa menemukan pembantu secantik Yanti.

Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi. Aku sudah tidak ingat, berapa jam aku tidur waktu itu. Suasana rumah sepi sekali. Sepertinya ayah dan ibu sudah pergi ke kantor. Aku memanggil-manggil bibi Tutik, tapi tidak ada jawaban. Tak lama kemudian malah Yanti yang muncul dari kebun belakang.
“Nyo Anton wis mangan? (tuan muda Anton sudah makan?)” tiba-tiba Yanti bertanya memecahkan suasana hening di rumah. Istilah ‘Nyo’ adalah kependekan dari ‘Sinyo’ (bahasa Belanda rancu) yang sering dipake di Jawa yang artinya tuan muda.
Aku berusaha membalas pertanyaan Yanti dengan bahasa Jawa. Tapi aku sudah tidak biasa bicara dengan 100% bahasa Jawa.
“Durung, aku sek tas tangi kok. Mana bibi? Aku sudah laper nih! (Belum, aku baru aja bangun tidur. Mana bibi? Aku sudah lapar nih)” jawabku separuh Jawa separuh Indonesia.
“Bibik melok nyonya. Ora ero budal nang endi. Nyonya mau tetep pesen nang aku lek Nyo Anton pengen tuku apo gawe mangan isuk (Bibi ikut nyonya. Tidak tau pergi kemana. Nyonya tadi titip pesan ke saya kalau tuan Anton ingin beli apa untuk makan pagi)” kata Yanti.
Pagi itu aku berharap bibi Tutik memasak untukku. Tapi apa boleh buat, aku akhirnya meminta Yanti untuk beli nasi pecel favoritku di dekat rumah. Hanya sekitar 100 meter dari rumahku. Setelah memberi uang kepadanya, Yanti pun langsung segera berangkat.

Sambil menunggu Yanti kembali, aku menyalakan TV sambil menonton acara-acara di MetroTV, RCTI, Trans TV, dan lain-lain. Rindu sekali aku dengan siaran-siaran televisi Indonesia. Aku sudah tidak sabar untuk menonton acara favoritku seperti Extravaganza, Empat Mata, dan banyak lagi yang lainnya.

Sekitar 20 menitan, Yantipun kembali membawa nasi pecel pesenanku. Sambil makan nasi pecel aku kembali menonton TV, sedangkan Yanti kembali ke kebun belakang, mungkin mencuci atau menjemur pakaian. Mataku sempat mencuri-curi pandang juga ke kebun belakang. Terlihat wajahnya berkeringat karena terik matahari. Seperti yang aku duga, Yanti sedang menjemur pakaian. Aku merasa kasihan kepadanya, karena rata-rata pakaian yang dijemurnya adalah milikku. Kulihat Yanti sedang berjinjit-jinjit sambil menjemur pakaian. Kaos yang dikenakan Yanti sedikit pendek, sehingga aku bisa melihat perut dan pusarnya. Perut Yanti ramping sekali. Payudaranya sedikit menonjol kedepan. Aku jadi bergairah melihat kelakuan Yanti saat itu. Aku jadi tidak konsentrasi nonton TV-nya, mataku malah tetap tertuju ke arah Yanti terus.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara bibi Tutik.
“Anton sek tas tangi?! Cek siange tangine. (Anton baru bangun. Kok siang banget bangunnya)” suara bibi Tutik membuyarkan semuanya.
“Bibi teko endi? Tak carik-carik mau. (Bibi dari mana? Dari tadi aku cari-cari)” jawabku.
“Bibi sek tas melok nyonya nang pasar. Mari ngono barengi nyonya nang omahe koncone nyonya diluk. (Bibi tadi ikut nyonya ke pasar. Setelah itu nemenin nyonya ke rumah temannya sebentar)” jawab bibi.
“Anton gelem opo siang iki? Gelem sambel lalapan Tutik? (Anton pengen apa siang ini? Pengen sambel lalapan Tutik)” tanya bibi. Maklum memang sambel lalapan bikinan bibi Tutik tiada duanya. Makanya aku menamakannya ‘Sambel Lalapan Tutik’. Aku pernah berpikir untuk membuka depot khusus masakan bibi Tutik. Mungkin suatu hari nanti rencanaku ini bisa terwujud.
“Wuahhh … gelem bibi. Wis kangen aku mbek sambel lalapan tutik. Goreng ikan pindang mbek goreng tempe sisan yo. (Wuahhh … mau bibi. Dah kangen aku ama sambel lalapan tutik. Goreng ikan pindang dan goreng tempe juga yah)” jawabku dengan girangnya.
Hari demi hari, waktuku hanya terbuang menonton TV, makan masakan-masakan bibi Tutik, dan jalan-jalan dengan teman-teman lama. Kadang-kadang aku berkunjung ke rumah saudara-saudara dari ayah, saudara-saudara dari ibu, dan juga sepupu-sepupuku. Sampai lama lama akhirnya bahasa Jawaku kembali lagi seperti yang dulu. Sampai pada suatu hari, sekitar pertengahan bulan December 2004 …
Sudah sebulan lamanya, aku hanya bisa memandang sosok Yanti dari kejauhan. Semakin banyak memandang, semakin tumbuh rasa penasaran yang besar pula. Yanti terlihat semakin lama semakin cantik di mataku. Dan maaf, kata-kata yang sebenarnya adalah Yanti semakin membuatku bernafsu. Ingin sekali aku memiliki dirinya, jiwa dan raganya. Aku seperti kerasukan saat ini, tiap kali aku melihat Yanti, otakku selalu terbayang-bayang dirinya saat terlanjang.
Hari itu, seingatku itu hari Jumat. Aku bangun kesiangan, lewat jam 11 pagi. Kepalaku pening karena bangun kesiangan. Kulihat sekeliling, bibi Tutik sedang tidak ada di rumah. Aku masa bodoh dengan keadaan sekitar yang sepi. Aku duduk di sofa empuk di ruang keluarga, tapi kali ini aku tidak menyalakan tv. Kudengar Yanti sedang di halaman belakang seperti biasanya mencuci baju. Kali ini aku memberanikan niatku untuk mendekati, mungkin awalnya harus saling kenal dulu biar lebih akrab. Aku tidak pernah ngobrol santai dengan Yanti selama ini, kebanyakan aku ngobrolnya dengan bibi Tutik. Karena mungkin aku telah dibesarkan juga oleh bibi Tutik, jadi apa saja bisa nyambung kalau ngobrol dengan bibi Tutik.
Aku beranjak dari sofa dan menuju halaman belakang untuk mengajak Yanti ngobrol. Namun hanya terhitung beberapa langkah dari pintu belakang, aku terpeset dan terpelanting di belakang. Bunyi ‘gubrakan’ tubuhku lumayan keras, dan pinggangku sakitnya bukan main. Yanti terkejut melihat tubuhku yang terpelanting ke belakang. Aku meringis kesakitan, sambil memegangi pinggangku yang sakitnya bukan main.
“Nyo Anton … kok iso moro-moro tibo? … (tuan muda Anton … kok bisa tiba-tiba jatuh? …)” tanya Yanti panik.
Aku hanya bisa meringis sambil menunjuk lantai yang masih basah.
“Lahh … nyo Anton mosok ora ketok lek tehel’e sek basa ngono … endi seng loro? … (lah … tuan muda Anton masa ngga liat kalo lantainya masih basah … mana yang sakit? …)” tanya Yanti sekali lagi.
Aku hanya bisanya meringis sambil memegang pinggulku yang masih saja sakit.
“Mlebu sek nyo Anton … tak urut’e cekno mendingan … longgo’o ndek sofa sek … Yanti golek obat urut ndek kamar nyonya? … (masuk dulu tuan muda Anton … aku urut biar mendingan … duduk saja di sofa … Yanti cari obat urut di kamar nyonya? …)” pinta Yanti.
Aku menurut saja dengan permintaan Yanti. Aku baringkan tubuhku di atas sofa empuk. Tak lama kemudian Yanti kembali sambil membawa minyak tawon. Dia memintaku berbaring dengan posisi telungkup, dan menyuruhku membuka setengah pakaian atasku. Saat itu aku tidak ada pikiran apa-apa, karena pinggangku sakit sekali.
Yanti terus mengurut-urut pinggangku yang sakit. Lumayan lama juga, dan sesekali memijatnya. Aku akui pijatan dan urutan Yanti terasa nikmat, Sehingga rasa sakit dipinggangku mulai menghilang. Ternyata pertolongan pertama yang ditawarkan Yanti benar-benar ampuh.
Kini rasa sakit di pinggangku perlahan-lahan membaik, meskipun masih ada sedikit rasa sakit. Namun rasa nikmat pijatan dan urutan Yanti membuat aku kehilangan akal sehatku. Dalam benakku malah timbul rencana lain.
“Yanti … ora enak iki ndek sofa … nang jero kamarku wae … ndek sofa iki kudu arep melorot wae badanku … (Yanti … tidak enak nih di atas sofa … di dalam kamarku saja … di atas sofa seperti yang mau melorot saja badanku …)” pintaku.
Yanti hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku menuju ke kamarku. Yanti memintaku untuk menunggu di kamar dulu, dia mau menyelesaikan jemuran baju dulu, karena tanggung.

Di dalam kamar, otak kotorku mulai merencanakan taktik bagaimana mendapatkan tubuh Yanti yang aduhai itu. Segala cara dan taktik bejat merasuk pikiranku. Banyak sekali akal bulus yang tersusun rapih dalam otakku untuk melaksanakan rencana bejat ini.
beberapa saat Yanti mengetok pintu kamarku, dan aku tersenyum dengan perasaan senang dihatiku.
“Yanti, bibik Tutik nyang endi? Teko omah jam piro jerene? (Yanti, bibi Tutik pergi mana? Jam berapa nanti pulang katanya?)” tanyaku.
“Bibik ono urusan’e, ketokan’e sesok jange teko omah maneh. Koyok’e urusan penting. (Bibi ada urusan, kelihatannya besok baru pulang rumah lagi. Kayaknya urusan penting)” jawab Yanti.
Mendengar jawaban Yanti tersebut, aku girangnya bukan main. Berarti hanya aku dan Yanti saja yang ada di rumah saat ini. Ayah & Ibuku pasti masih di kantor. Biasanya mereka baru pulang sekitar pukul 6 sore, dan waktu itu baru jam 12an siang. Aku mencium aroma kemenangan berpihak padaku.
“Yanti, pinggangku sek rodo loro … tolong uruten maneh yo … urutan-mu uenak tenan … ora kalah mbek pijetan’e sing wis mahir (Yanti, pinggangku masih agak sakit nih … tolong diurut lagi yah … urutan-mu enak sekali … tidak kalah dengan pijetan professional)” kataku sambil memujinya.
“Nyo Anton iki ono-ono wae … iki sing pertama Yanti mijetin wong liyo … ora ono pengalaman’e (tuan muda Anton ini ada-ada saja … ini baru pertama kali Yanti pijetin orang lain … masih belum ada pengalaman)” tundas Yanti.
“Walah walah … sing pertama wae wes hebat … pasti Yanti pisan hebat ndek bidang liyo (walah walah … yang pertama kali aja sudah hebat … pasti Yanti ada kehebatan di bidang lain) pujiku sekali lagi.
“Nyo Anton iso wae seh … (tuan muda Anton bisa saja sih)” jawab Yanti singkat.
“Yanti ojok jeluk aku nganggo jeneng ‘nyo’ … koyok cah cilik wae … jeluk nganggo jeneng mas Anton wae … (Yanti jangan panggil aku dengan nama ‘nyo’ … kayak anak kecil saja … panggil mas Anton saja)” pintaku. Yanti hanya mengangguk tanda setuju.
Suasana kamar sempat hening, hanya terdengar bunyi napas Yanti yang sedang asyik mengurut pinggangku. Tiba-tiba Yanti bertanya “Wes mendingan saiki mas Anton? (Sudah mendingan sekarang mas Anton)”.
Otakku langsung merespon pertanyaan Yanti dengan cepatnya. “Pinggangku wes mendingan, tapi roso-roso’ne pokangku rodo linu. Coba’en diurut pisan pokangku. (Pinggangku sudah mendingan, tapi rasanya pahaku agak linu. Coba diurut juga pahaku)” jawabku ngawur tapi mengena.
Tanpa protes atau bertanya Yanti langsung mengurut pahaku. Pertama-tama paha kananku kemudian paha kiriku, saling bergantian. Posisi tubuhku kini terlentang, sehingga setiap urutan-urutan yang diberikan Yanti sangat terasa nikmat. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam celana dalamku, ingin berdiri saja maunya. Yah singkat kata, batang pendulumku sudah dari tadi ingin sekali berdiri, tapi masih tertahan oleh celana dalamku.
Setelah beberapa saat, dengan tanpa malu-malu, dan tanpa basa-basi, disertai dengan pasang muka tembok, aku mulai memberanikan diri.
“Yanti, saiki pokangku wis ora linu maneh, tapi saiki endokku dadi rodo linu. Koyok’e nyambung teko pokang. Tolong sisan, tapi dielus-elus endokku lek ora keberatan. (Yanti, sekarang pahaku sudah tidak linu lagi, tapi sekarang kamtong menyanku malah jadi agak linu. Kayaknya nyambung dari paha deh. Tolong juga, tapi dielus-elus saja kantong menyanku kalau tidak keberatan.)”, pintaku sembarangan.
Yanti sempat berhenti memijatku, dia terbengong-bengong melihat kelakuanku yang janggal baginya itu. Wajahnya tidak tampak protes atau marah, melainkan tampang kaget bukan kepalang.
“Kok iso linu endok’e mas Anton … emange endok’e mas Anton melok kepleset? (Kok bisa linu kantong menyan mas Anton … emangnya kantong menyan mas Anton ikut terpeleset?)” tanya Yanti lugu.
“Yah, koyok’e ngono. (Yah, kayaknya begitu)” jawabku singkat.
Tanpa banyak tanya lagi, Yanti perlahan-lahan mulai mengelus-elus kantong menyanku dari luar celanaku. Rasanya tidak begitu enak, tapi ada getaran napsu yang muncul dari otak bejatku.
“Uenak mas Anton? (Enak mas Anton?)” tanya Yanti. Aku menjawab dengan mengeleng-gelengkan kepalaku pertanda tidak enak.
“Yo opo sek uenak? (Trus bagaimana yang enak?)” tanya Yanti lagi.
Aku berpikir sejenak, kemudian aku perolotin celanaku berserta celana dalamku. Melihat gelagatku, Yanti sontak kaget setengah mati dan secara reflek dia memejamkan matanya.
“Mas Antonnn … lopo kok mlorotin katok … ora ono acara’ne ngomong dhisik … (Mas Antonnn … kenapa kok melorotin celana … tanpa ada acara ngomong lagi)” protes Yanti dengan matanya yang masih terpejam.
“Loh, Yanti sek tas mau takok yok opo cekno uenak … lah ya aku plorotin wae katok’e … cekno uenak elus-elusan’e (Lho, Yanti tadi tanya gimana caranya biar enak … yah aku lepas saja celananya … biar enak elus-elusannya)” jawabku menyakinkan Yanti.
Yanti masih tetap memejamkan matanya, tapi tangannya mencoba meraba-raba pahaku mencari kantong menyanku lagi. Setelah mendapatkannya, Yanti kembali mulai mengelus-elusnya lagi. Kali ini … alamaaakkkk … uenak bangeeeetttt. Terasa lembut sekali tangan Yanti. Sontak batang pendulumku langsung tegak berdiri dan mengeras-rassss....
“Lah … opo iki mas Anton … kok atos soro? (Lho … apa ini mas Anton … kok keras banget?)” tanya Yanti heran dengan mata sambil terpejam.
“Yo delok’en wae Yanti … buka’en moto-mu cekno weruh … ora bahaya kok (Yah lihat saja Yanti … buka dulu matanya biar tau … tidak bahaya kok)” jawabku dengan jantung deg-deg kan.
Perlahan-lahan Yanti membuka matanya, dan langsung terbelak sambil terheran-heran.
“Lah … manuk’e mas Anton kok iso ngaceng koyok ngono … linu sisan tah? (Lho … burung mas Anton kok bisa tegang kayak gitu … linu juga tah?)” tanya Yanti lugu.
“Iki jeneng’e manukku ‘happy’ alias seneng … soale endok’e dielus-elus wong wedok sing ayu kayak Yanti (Ini namanya burungku ‘happy’ alias senang … soalnya kantong menyan-nya dielus-elus wanita cantik kayak Yanti)” kataku mulai merayu.
“Mas Anton iki … (Mas Anton ini …)” kata-katanya terputus dan terlihat wajah Yanti yang malu-malu atas pujianku itu. Yanti ternyata masih lugu dalam hal beginian, membuatku semakin yakin kalo Yanti ini masih ting-ting alias perawan.
Tanpa disuruh olehku, Yanti mulai mengelus-elus kejantananku dengan lembut, & kadang-kadang mengurut-urutnya. Tak karuan rasa, semakin dielus, semakin tegang dan tegak berdiri. Yanti dari tadi senyum-senyum saja, dan tampak wajahnya yang masih malu-malu.

Setelah lama dielus-elus oleh Yanti batang pendulumku berserta kantong menyan-nya, aku ingin melaju di langkah berikutnya. Aku semakin berani dan tidak sungkan-sungkan lagi. Sambil berbaring kutatap wajah cantik dan manis Yanti.
“Yanti …” kataku.
“Emmm …” jawab Yanti singkat.
“Saiki gantian yo … (Sekarang gantian yah)” kataku.
“Gantian yo opo? (Gantian gimana?)” tanya Yanti.
“Hmmm … ngene … saiki gantian aku … teko mau Yanti wis delok manukku mbek endokku … sek dielus-elus maneh … saiki gantian aku seng delok tempik’e Yanti (Hmmm … gini … sekarang gantian aku … dari tadi Yanti dah lihat burungku dan kantong menyanku … dan dielus-elus lagi … sekarang gantian aku yang liat kue apem Yanti” kataku tanpa basa-basi.
“Emoh mas Anton … isin aku … ojok mas Anton … (Ngga mau mas Anton … malu aku … jangan mas Anton)” tolak Yanti.
Penolakan Yanti yang setengah hati itu membuatku makin penasaran dan makin bernapsu. Aku beranjak dari ranjang, dan memaksa lembut Yanti untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjangku. Setelah berhasil merebahkan tubuhnya Yanti langsung bertanya.
“Mas Antonnn … kate diapakno aku? (Mas Antonnn … mau diapain aku?)” tanya Yanti pasrah.
“Menengo wae Yanti … ora aku apak-apak’no kok … mek arep delok tempik’e Yanti … ora adil lek teko mau manukku tok seng didelok (Diam saja Yanti … tidak akan aku apa-apakan kok .. hanya ingin liat kue apem Yanti aja …tidak adil kalau dari tadi burungku saja yang dilihat)” kataku bohong. Padahal dibalik benakku banyak hal yang aku ingin lakukan terhadap Yanti, terutama terhadap tubuhnya.
Aku sekap roknya, dan aku tarik celana dalam dibalik roknya. Yanti berusaha menahannya, tapi usahanya sia-sia, karena dia menahannya dengan setengah hati alias tidak dengan sekuat tenaga. Kelakuan Yanti ini seperti lampu hijau untukku. Seakan-akan pasrah saja mau diapa-apakan olehku.
Setelah berhasil melepas celana dalamnya, aku tarik roknya ke atas perutnya, agar supaya aku bisa melihat jelas kue apemnya. Secara reflek Yanti menutup kewanitaan-nya dengan tangannya.
“Wes mas Antonnn … isin tenan aku … (Udahan mas Antonnn … malu banget aku …)” kata Yanti.
“Durung Yanti … ojok mbok ditutupi tok tempik’e … ora ketokan … (Belum Yanti … jangan ditutup terus dong kue apemnya … tidak kelihatan)” kataku protes.
Aku kemudian tarik tangannya yang sedang menutupi menu lezatku. Yanti langsung menutup mukanya dengan kedua tangannya, dan kedua pahanya menyilang. Yanti masih terus berusaha menyembunyikan kewanitaan-nya dariku. Bisa aku maklumi perasaan malu yang sedang Yanti alami. Aku mencoba merayu dan menyakinkan Yanti apa adanya.
“Ojok isin-isin Yanti … ora ono sing ndelok kok … men aku tok wae … (Jangan malu-malu Yanti … tidak ada siapa-siapa yang bisa liat kok … hanya ada aku saja …)” rayuku lagi.
Kini Yanti mulai pasrah, dan kedua pahanya yang tadinya menyilang, sekarang sudah mulai kendor. Segera saja aku ambil kesempatan ini untuk mengendorkan pertahanan Yanti. Setelah aku berhasil membuka selangkangan Yanti … alamaaakkkk … aku langsung menelan ludah.... glekkk...
Kue apem Yanti begitu indah dan subur ditumbuhi oleh rambut-rambut yang masih lembut. Aku yakin rambut-rambut ini tidak pernah sekalipun Yanti cukur sejak pertama kali tumbuh, sehingga masih tampak halus lembut.
Kucoba lagi membuka selangkangan Yanti lebih lebar lagi, aku ingin sekali menemukan kacang mede-nya Yanti. Aku merasa kesulitan menemukan kacang mede Yanti dengan mata terlanjang. Ketika aku mencoba membuka belahan bibir kue apem Yanti untuk menemukan kacang medenya, Yanti langsung protes.
“Mas Anton … ojok mas … (Mas … jangan mas …)” pinta Yanti. Aku semakin gemas dengan nada penolakan pasrah Yanti.
Aku tidak mengubris permintaan Yanti, dan semakin gencar bergerilya mencari kacang medenya. Ternyata tidak susah menemukan kacang mede mungilnya dengan mencari pakai tangan. Aku benar-benar gemas memainkannya.
“Mas Anton … wes mas … uisin tenan aku … (Mas Anton … udahan mas … malu banget aku)” mohon Yanti.
Otakku yang sudah kerasukan nafsu bejat itu, membuat aku tetap memainkan kacang mede mungilnya dengan asik. Ternyata tidak perlu waktu lama untuk membuat kue apem Yanti basah. Mungkin ini pertama kalinya Yanti merasakan dirinya dalam gelora nafsu birahi. Dia seperti tidak tau harus bagaimana menghadapi situasi saat itu. Kedua tangan tidak lagi menutup wajahnya. Tangan kanannya bersembunyi di balik bantal, dan tangan kirinya meremas guling. Yanti menggigit bibir bawahnya seolah tak kuasa menahan kenikmatan yang kuberikan. Tidak kudengar suara desahan dari mulut Yanti, tapi nafasnya kini begitu memburu tak beraturan. Aku yakin kalau Yanti masih belum bisa atau belum terbiasa mendesah & merintih.
“Yanti … tempik mu wis buasah tenan saiki … (Yanti … apem mu sudah basah sekali sekarang)” pujiku.
“Masss … masss … wes masss … Yanti mbok opok’no … jarene mbek delok tok … saiki kok di dolen tempik ku (Masss … masss … udahan masss … diapain Yanti … katanya cuman mau liat aja … sekarang kok apem ku dimainin)” protes Yanti pasrah.
“Aku wes kesengsem karo tempikmu iki … gemesi wae … tak elus-elus malah dadi buasah … (Aku sudah jatuh cinta pada kue apemmu … bikin gemes saja … dielus-elus malah kok jadi basah) … ” kataku sambil bercanda.
Belum selesai aku melanjutkan kalimatku, Yanti secara reflek tiba-tiba menjerit “Mas Antonnn … massssss …”. Yanti orgasme di atas ranjangku.
Aku biarkan Yanti mengambil nafas dulu. Ku biarkan dia kembali tenang dulu.
“Yanti sek tas mau kok bengok … loro tah? (Yanti barusan kok teriak … sakit?” tanyaku pura-pura bego.
“Ora loro mas … sek tas-an Yanti koyok kesetrum … rasa’e koyok nang surgo … uenak tenan … atiku saiki sek dek-dekan (Ngga sakit mas … barusan Yanti seperti kena setrum … rasanya seperti di surga … enak sekali … jantungku sekarang masih deg-degan)” jawab Yanti.
Kini saatnya giliranku untuk orgasme. Pendulum binalku sudah sejak tadi tegang melihat kelakuan Yanti. Pekerjaanku masih belum tuntas. Aku bingung apa yang harus aku katakan ke Yanti bahwa aku ingin menyodokkan pendulumku ini ke dalam kue apemnya yang masih perawan itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak bertanya atau berkata apapun. Aku mencoba untuk langsung main terobos saja. Aku kembali membuka selangkangan Yanti, dan mencoba mengarahkan pendulum perkasaku ke mulut apemnya. Dan Yanti protes lagi.
“Mas Anton arep opo? (Mas Anton mau apa?)” tanya Yanti heran.
“Oh … aku gelem kesetrum sisan … koyok Yanti seng mau (Oh … aku juga mau kesetrum … seperti Yanti tadi)” jawabku spontan.
“Lah … terus laopo manuk’e mas kate mlebu nang tempikku? (Lho … trus kenapa burung mas mau masuk ke apemku?)” tanya Yanti heran.
Yanti benar-benar masih bau kencur dalam urusan seperti ini. Mungkin tidak ada orang yang pernah mengajarinya teori tentang hubungan intim atau biasanya disebut dengan hubungan pasutri (pasangan suami istri).
“Aku baru iso kesetrum lek manukku mlebu nang tempikmu (Aku baru bisa kesetrum kalo burungku masuk ke apemmu)” jawabku gombal.
“Ojok mas … engkuk loro … jarene wong-wong (Jangan mas … nanti sakit … katanya orang-orang)” katanya.
“Ojok wedhi Yanti … tak mlebu pelan-pelan wae … tak jamin ora loro (Jangan takut Yanti … dimasukinnya pelan-pelan saja … dijamin tidak sakit)” rayuku.
Yanti diam saja dan pasrah.
Aku kemudian mengarahkan ujung pendulumku ke bibir apem Yanti. Yanti memejamkan matanya, dan kini giginya kembali menggigit bibir bawahnya.
Tangan kananku memegang pangkal pendulumku agar batang keperkasaanku bisa tegak dengan mantap, sedangkan tangan kiriku berusaha membuka bibir apem Yanti, supaya aku bisa melihat lubang kenikmatannya. Karena Yanti masih perawan, sehingga tidak mudah untuk menembuh pintu masuk gadis lugu itu. Hal ini sudah aku alami sekali dengan pacar lamaku. Aku tidak ingin melihat Yanti jadi menangis seperti yang dialami oleh mantan pacarku yang dulu, setelah aku paksa masukkan batang pendulumku ke lubang apemnya yang masih suci.
Pertama-tama aku basahi dulu topi helm pendulumku dengan air ludahku agar licin, jadi pelumas sementara disaat start awal. Kemudian aku dorong masuk ujung pendulumku kira-kira sedalam 2 centi. Setelah berhasil masuk kira-kira kedalaman 2 centi, aku diamkan sejenak, kulihat Yanti sedikit meringis menahan sakit.
“Perih Yanti?” tanyaku iba.
“Rodok perih mas (agak sakit sedikit mas)” jawab Yanti yang kini matanya kembali terbuka memandangku.
“Tak mlebu alon-alon yah … lek perih ngomong’o … ojok meneng ae … (Aku masukkan pelan-pelan ya … kalau sakit bilang saja … jangan diam saja) …” suruhku.
Suasana kamarku makin panas saja rasanya. Aku lepas bajuku, sehingga kini aku sudah terlanjang bebas. Kondisi Yanti masih lengkap, hanya roknya saja yang terbuka.
Batang pendulumku dari tadi sudah berada di kedalaman 2 centi itu makin mengeras saja. Aku kini tidak lagi memegang bagian batangnya, karena dengan menancap dikedalaman 2 centi saja di dalam liang apem Yanti dalam kondisi tegang seperti itu, sangat mudah bagiku menembuskan semua batang keperkasaanku sampai kedasar apemnya. Tapi kini aku harus memasang taktik biar Yanti nantinya juga menikmati. Rasa Perih adalah sesuatu yang biasa dialami setiap gadis bau kencur yang sedang di dewasakan.
Kedua tanganku kini menahan tubuhku. Aku membungkuk dan menatapi wajah Yanti yang cantik. Yanti masih terlihat sedikit merintih karena rasa sakit yang dialaminya.
Aku menekan lagi batang pendulumku, masuk sedikit lebih ke dalam, kira-kira setangah sampai 1 centi. Yanti meringis lagi.
Aku goyang pinggulku maju dan mundur agar batang pendulumku bisa bergerak maju mundur juga didalam lubang apem Yanti. Saat itu batang pendulumku hanya menembus sampai pada kedalaman sekitar 3 centi saja. Tapi aku terus bersabar menunggu saat yang tepat. Aku teruskan irama pendulumku maju mundur didalam lubang sempit Yanti.
Perlahan-lahan suara rintihan Yanti semakin memudar, dan wajah Yanti tidak lagi meringis menahan sakit. Ujung pendulumku terasa basah oleh cairan yang kental. Aku yakin cairan ini bukan air liurku yang tadi, melainkan cairan murni apem Yanti.

Sekarang pendulumku bisa masuk lebih dalam lagi, dari 3 centi maju menjadi 4 centi, kemudian dari 4 centi masuk lebih dalam lagi menjadi 6 centi.
“Sek perih Yanti? (Masih sakit Yanti?)” tanyaku. Yanti menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak lagi sakit.
Napas Yanti kini kembali memburu dan terengah-engah, dan tidak lagi menggigit bibir bawahnya. Tangan kanannya meremas sarung ranjangku dan tangan kirinya meremas selimutku.
Goyangan pinggulku aku percepat sedikit demi sedikit, memberikan sensasi erotis terhadap apem Yanti. Dan akhirnya aku bisa membenamkan pendulum binalku semuanya kedalam lubang sempit apem Yanti.
“Sek perih Yanti? (Masih sakit Yanti?)” tanyaku sekali lagi. Yanti kali ini tersenyum malu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lagi.
“Tempik mu wis uenak maneh? (apem mu sudah enakan lagi?)” tanyaku bercanda. Yanti mengangguk.
“Yanti … buka en klambimu … mosok ga kroso panas tah? … buka en ae cekno adem (Yanti … buka dong bajumu … masa tidak merasa panas? … buka saja biar sejuk)” kataku yang sebenarnya ingin memperawani Yanti dalam keadaan benar-benar terlanjang.
Yanti menurut saja, dan kemudian dia melepas kaos bersama BH-nya, dan masih membiarkan roknya, karena batang kontolku masih sibuk beraksi di dalam lubang apemnya. Tampak payudara Yanti yang merekah dengan ukuran 34B menurut tafsiranku. Tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil. Pas untuk ukuranku. Puting susunya berwarna coklat gelap. Typical atau khas payudara wanita asli Indonesia. Melihat puting susunya yang menantang seperti itu, membuatku gemas rasanya. Aku mencubit sambil memelintir puting susunya, dan Yanti protes atas tindakanku tersebut.
“Masss … loro masss … (Masss … sakit masss …)” protes Yanti lembut. Aku pun kemudian senyum padanya, dan langsung menghentikan tindakanku tersebut.
Aku merasa sudah lama aku menggenjot tubuh Yanti siang itu. Tapi aku masih belum mau klimaks. Aku sejak tadi berpikir antara iya atau tidak nantinya aku memuncratkan air maniku ke dalam apemnya. Sejujurnya aku berkeinginan hati untuk menyirami apem Yanti dengan cairan kejantananku, tapi aku agak kuatir akan konsekwensinya bila terjadi apa-apa dengannya, mungkin bisa hamil nantinya.
Nafas Yanti semakin cepat tak teratur, tapi wajahnya tampak makin merona merah saja. Darah Yanti seakan-akan memanas dan terkumpul di atas kepalanya. Kali ini Yanti tak kuat untuk menahan hentakan kejam dan tingkah brutal pendulumku. Mulut Yanti kini mulai tidak terkendali. Yanti mulai mendesah. merintih, mengerang memohon ampun.
“Uhh … ohhh … ampun masss … masss … kerih (enak) masss …” rintih Yanti.
“Aku kerih sisan Yanti … Yanti wis arep ngoyo? (Aku juga Yanti … Yanti sudah mau pipis?)” tanyaku penasaran melihatnya menggerinjal liar sekali. Leher Yanti sudah mulai berkeringat. Sekujur badanku juga berkeringat. Membuatku semakin ganas saja aku menggagahi tubuh Yanti yang lugu itu.
Seperti tau apa yang aku maksud dengan kata ‘pipis’, Yanti pun menganggukkan kepalanya. Yanti sudah akan memasuki tahap orgasme yang kedua kalinya.
Tidak sampai 2 menit, Yanti tiba-tiba menjerit, memekik dengan erangan yang cukup keras sambil tangan kanannya meremas biceps-ku.
“Masss … ampunnn masss … kerih mbanget … arep ngoyo ketok’e … aahhh … (Masss … ampunnn masss … enak sekali … ingin pipis rasanya … ahhhkkk …)” pekik Yanti dengan tangan kanannya yang masih meremas biceps-ku.
Tidak salah lagi, Yanti telah mencapai orgasme keduanya. Apemnya basah sekali. Aku berhenti beraksi dan mendiamkan pendulumku yang masih tertancap didasar apem hangatnya yang basah. Aku merasakan setiap denyutan dinding lubang sempit apem Yanti yang sedang orgasme.

Setelah ritme nafasnya mereda, aku mencabut pendulumku keluar dengan maksud untuk melepas roknya yang masih menempel di tubuhnya. Aku ingin melihatnya bugil tanpa busana apapun. Saat kutarik kejantananku, aku melihat sedikit bercak darah di tengah-tengah batang pendulumku, Aku sudah menjadikan Yanti wanita dewasa, dan bercak darah ini adalah bukti keluguan Yanti yang telah aku renggut darinya.
Yanti kini bugil tanpa selembar kain apapun. Aku kembali memasukkan batang pendulumku ke dalam apemnya.
“Yanti … saiki aku sing kate ngoyo … siap-siap yo (Yanti … sekarang aku yang harus pipis … siap-siap yah)” kataku.
Yanti seperti tidak mengerti apa yang aku katakan, tapi kepala mengangguk saja (hanya menurut saja). Aku kembali beraksi memainkan pendulumku di dalam liang apemnya lebih cepat dari biasanya. Kupercepat setiap hentakan kejam dengan keji, dan bisa kurasakan kenikmatan cengkraman keras dinding apem Yanti yang masih inreyen itu, membuatku mendapat sensasi yang luar biasa dashyatnya.
Wajah Yanti kembali merona, dan nafasnya kembali memburu lagi. Kali ini Yanti sudah tidak malu-malu lagi untuk mendesah merintih kenikmatan.
“Yanti … kepenak temenan nyenuk karo Yanti … tempik-mu gurih tenan (Yanti … enak sekali meniduri kamu … apem kamu gurih sekali)” pujiku sambil terus menikamkan pendulumku dengan sadis kedalam apem gadis lugu yang sudah tidak gadis lagi itu.
“Masss Anton … masss … aku arep ngoyo maneh … ahhh masss … (Masss Anton … masss … aku pengen pipis lagi … ahhh masss …)” desah Yanti.
“Iku jenenge arep teko Yanti … ora arep ngoyo (Itu namanya mau datang Yanti … bukan mau pipis)” jawabku sambil tertawa renyah dan Yanti pun tersenyum bingung. Mungkin baginya istilah ‘datang’ masih terasa aneh.
Sekujur tubuhku basah kuyup penuh keringat, menetes deras di perut dan dada Yanti. Posisiku menyetubuhinya masih tetap berada di atas. Sejak tadi aku belum menyuruhnya merubah posisi. Karena memang lebih nyaman untuk menghabisi keluguan Yanti dengan posisi seperti itu. Yanti memang benar-benar bau kencur untuk urusan begini.
Batang pendulumku makin mengeras. Cairan kental di dalamnya ingin segera keluar menikmati alam lain. Aku sudah tidak bisa berpikir dengan akal sehat. Otot-otot batang pendulumku sudah tidak mampu lagi membendung ganasnya lahar panas yang ingin segera menyembur keluar. Aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa kuatirku tadi. Aku hanya ingin menyemburkannya secepat mungkin. Otakku berhenti bekerja.
“Yanti … aku arep teko iki … ora iso di tahan maneh … saiki Yanti … saikiii … Yantiii … (Yanti … aku mau datang nih … sudah tidak bisa ditahan lagi … sekarang Yanti … sekaranggg … Yantiii)” aku mengerang keras diiringi oleh semburan cairan kental panas yang langsung memenuhi semua lubang apem Yanti. Aku memeluk tubuh Yanti, dan Yanti membalas memelukku sambil memekik memanggil namaku. Aku hanya dapat menduga bila Yanti mendapatkan orgasme-nya yang ketiga kali. Pendulumku berkali-kali memuntahkan lahar panasnya di dalam lubang kenikmatan milik Yanti. Mungkin sekarang apem Yanti penuh sesak oleh cairan kejantananku.
Aku diam sejenak, mengatur nafasku kembali. Tubuhku masih menindih tubuh Yanti. Kini semua keringatku bersatu dengan keringat Yanti. Aku memeluk Yanti, sambil menciumi lehernya. Pendulumku masih terus menancap di dalam apem Yanti. Aku masih belum ingin mencabutnya sampai pendulumku loyo sendiri.
“Yanti … terima kasih … ” bisikku dalam bahasa Indonesia. Yanti hanya diam saja.

Tak lama kemudian, aku mendengar Yanti menyedot ingusnya. Ternyata mata Yanti berkaca-kaca. Aku menduga kuat Yanti ingin sekali menangis, dan terlihat penyesalan menyelimuti wajahnya yang cantik. Melihat tingkah laku Yanti, aku berusaha memberinya comfort (kenyamanan), dan rayuan agar membuatnya lega agar tidak bersedih. Aku mengatakan kepada Yanti bahwa ini adalah rahasia kita berdua, dan mengatakan bahwa aku sayang kepadanya. Aku berjanji padanya bahwa ini adalah untuk pertama dan terakhir kalinya aku menyetubuhinya. Yanti begitu menurut dengan kata-kataku dengan polos dan lugu.
Aku merasa menyesal juga karena telah merengut keluguan gadis secantik dan seimut Yanti. Aku minta maaf padanya karena aku merasa khilaf dan tidak bisa menahan keinginanku itu sebab memang aku sudah lama memantau dan menikmati keindahan dirinya dari kejauhan. Begitu dekat dengannya, sehingga aku tidak kuasa lagi menahan gairah keperkasaanku.

Selama liburan musim panas waktu itu, aku sering sekali mencuri-curi waktu untuk bisa mengulangi kembali merasakan kenikmatan tubuh pembantuku yang cantik ini, walau Yanti selalu menolak dengan berbagai alasan. Tapi dasar sebagai laki-laki yang penuh dengan akal bulus, aku tetap saja bisa berhasil menikmati tubuhnya berulang kali.
Untung saja, makin lama Yanti semakin menyukai berhubungan badan denganku. Banyak teknik yang aku ajarkan kepadanya, dari BJ, HJ, dan posisi bercinta yang lain (doggy style, woman on top, gaya menyamping, dll). Aku kadang meminta Yanti memberikan BJ atau HJ di ruang keluarga sambil aku menonton TV disaat tidak ada orang di rumah.
Sejak saat itu pula, aku selalu memakai condom untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan. Aku tidak ingin aib ini sampai tercium oleh anggota keluargaku yang lain.
Saking kecanduan bermain cinta dengan pembantu cantikku ini di liburan musim panas waktu itu. Aku malah sampai mengganti tanggal pesawatku untuk kembali ke Melbourne. Aku hanya ingin bisa lebih lama lagi berada di Indonesia.

Akhirnya aku baru kembali ke Melbourne untuk melanjutkan studiku lagi sekitar akhir Februari. Tapi sejak kembali ke Melbourne, aku selalu merindukan Yanti, dan selalu membayankan sedang bercinta dengannya. Kadang-kadang aku menelpon rumah di waktu siang hari (waktu Indonesia) untuk mengobrol dengan Yanti. Dan seputar obrolan kami adalah tentang ‘gituan’ aja.
Waktu berlalu dengan cepat tanpa terasa, sampai pada saat studiku tinggal 1 semester lagi. Aku sudah tidak sabar untuk menyelesaikan studiku ini, agar aku bisa kembali ke Indonesia bertemu lagi dengan pembantuku, Yanti. Sebenarnya aku sendiri tidak tau bagaimana masa depanku dengan Yanti. Tapi aku berkeinginan untuk tetap tinggal di Malang, paling tidak aku bisa bekerja di kantor perusahaan milik ayahku. Sehingga aku bisa selalu dekat dengan Yantiku yang cantik. Biarlah nanti waktu yang akan menentukan nasibku dengan Yanti.